Prinsip Dasar & Metode Kepramukaan
Prinsip Dasar Kepramukaan
Merupakan norma hidup bagi
Pramuka, memuat prinsip dasar yang menjadi landasan hidup bagi Pramuka. Prinsip
dasar tersebut menjadi acuan bagi Pramuka dalam mengembangkan dirinya. Prinsip
dasar kepramukaan terdiri dari empat hal, yaitu:
- Iman dan takwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa;
- Peduli terhadap bangsa
dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya;
- Peduli terhadap diri
pribadinya;
- Taat kepada Kode
Kehormatan Pramuka (satya dan darma – janji dan kode moral).
Metode Kepramukaan
Merupakan pedoman untuk
anggota pramuka melaksanakan pembinaan di lingkungan Pramuka, baik di tingkat
satuan, gugusdepan atau tingkat yang lebih tinggi. Metode ini disusun dari
berbagai bagian yang merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan, antara
lain:
Pengamalan Kode
Kehormatan Pramuka
Kode kehormatan ini
digunakan sebagai dasar dari seluruh aktifitas dari anggota pramuka.
Belajar Sambil
Melakukan
Pendidikan dalam Gerakan
Pramuka merupakan proses dari rekaman pengalaman saat melakukan kegiatan.
Kepramukaan bukanlah suatu textbook yang harus dihafalkan,
namun merupakan kegiatan. “perencanaan – melakukan – evaluasi” merupakan satu
rangkaian kegiatan. Feedback (debrief) untuk
menggali pengalaman dan hal-hal yang menjadi pelajaran dalam seluruh rangkaian
kegiatan memegang peranan penting dalam suatu kegiatan.
Sistem Berkelompok
Sistem berkelompok dalam
Gerakan Pramuka merupakan wadah berlatih anggota untuk bisa bersinergi dengan
orang lain, bekerjasama, berlatih untuk memimpin dan dipimpin. Satuan dalam
Gerakan Pramuka dikelompokkan sesuai dengan perkembangan jiwa dalam satu satuan
untuk memastikan pengembangan diri mereka sesuai dengan lingkungan tempat
mereka hidup.
Kegiatan yang
menantang dan meningkat serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan
perkembangan rohani dan jasmani peserta didik
Kegiatan menantang tidak
selalu mengandung resiko yang cukup besar bagi pesertanya. Inti dari kegiatan
menantang adalah bagaimana kita bisa membuat suatu kegiatan menjadi menarik,
menantang untuk diselesaikan. Setiap kegiatan kepramukaan harus dieksplorasi
nilai pendidikan yang terkandung didalamnya karena Pramuka merupakan organisasi
pendidikan.
Kegiatan kepramukaan bisa
dilakukan oleh siapa saja namun menjadi sesuatu yang berbeda
saat tingkat tantangan kegiatan menyesuaikan dengan kondisi peserta (kondisi
mental, fisik, finansial dan kesehatan).
Kegiatan di alam
terbuka
Berkegiatan di alam
terbuka akan membuat sesorang lebih ekspresif dan bebas, Dari sini akan timbul
kreatifitas dalam menyelesaikan persoalan yang ada. Berada di alam terbuka akan
membuat seseorang menjadi lebih kuat dan menghargai lingkungan dimana dia
tinggal. Apakah alam terbuka berarti harus di hutan? BELUM TENTU! Istilah
alam terbuka mengajak kita untuk lebih banyak bergaul dengan lingkungan sekitar
kita, belajar dari situ, membebaskan pikiran tanpa dihalangi oleh dinding
kelas.
Sistem Tanda
Kecakapan
Pramuka memberi
penghargaan bagi mereka yang telah mencapai tingkat atau skill tertentu
dengan memberikan badge yang membuktikan bahwa si pemakai
mempunyai kualitas sesuai dengan yang tertera pada badge. Hal ini
untuk memacu anggotanya untuk meningkatkan kemampuan serta standarisasi.
Sistem Satuan
Terpisah untuk satuan putera dan puteri
Pendidikan untuk semua,
baik putra maupun putri. Pramuka memberi kegiatan yang bisa dilaksanakan oleh
putra maupun putri tanpa melanggar norma. Sistem satuan terpisah diterapkan
pada lingkungan tinggal serta tempat istirahat (tidur). Satuan terpisah ini
tidak didefinisikan sebagai pemisahan segala hal dalam gerakan pramuka, tetapi
satuan terpisah ini lebih didefinisikan kepada perbedaan kebutuhan antara
anggota putra dan putrid sehingga memicu untuk dipisahkannya beberapa hal dalam
gerakan pramuka (misal: Pola Pembinaan)
Kiasan Dasar
Simbol / Istilah / kiasan
yang digunakan didalam gerakan pramuka mendefinisikan sesuatu. Umumnya,
simbol-simbol / kiasan – kiasan yang dipergunakan didalam gerakan pramuka
selalu berhubungan dengan alam sekitar dan mudah dikenal.
Simbol – simbol yang
digunakan memiliki makna tertentu yang berhubungan dengan sesuatu yang
diwakilinya. Misalkan, raimuna. Raimuna adalah kegiatan bertemunya seluruh
pimpinan pramuka penegak pandega baik ditingkat kwartir ranting, cabang, daerah
maupun nasional. Dalam bahasa aslinya (bahasa PAPUA), raimuna berarti pertemuan
kepala suku untuk menghasilkan suatu kebaikan.
Kelahiran Gerakan KepanduanSunting
Gerakan ini dimulai
pada tahun 1907 ketika Robert Baden-Powell, seorang letnan
jendral angkatan bersenjata Britania Raya, dan William Alexander Smith, pendiri Boy's
Brigade,
mengadakan perkemahan kepanduan pertama (dikenal sebagai jamboree) di Kepulauan Brownsea, Inggris.
Ide untuk mengadakan
gerakan tersebut muncul ketika Baden-Powell dan pasukannya berjuang
mempertahankan kota Mafeking, Afrika
Selatan, dari serangan tentara Boer. Ketika itu, pasukannya kalah besar
dibandingkan tentara Boer. Untuk mengakalinya, sekelompok pemuda dibentuk dan
dilatih untuk menjadi tentara sukarela. Tugas utama mereka adalah
membantu militer mempertahankan
kota. Mereka mendapatkan tugas-tugas yang ringan tetapi penting; misalnya
mengantarkan pesan yang diberikan Baden-Powell ke seluruh anggota militer di
kota tersebut. Pekerjaan itu dapat mereka selesaikan dengan baik sehingga
pasukan Baden-Powell dapat mempertahankan kota Mafeking selama beberapa bulan.
Sebagai penghargaan atas keberhasilan yang mereka dapatkan, setiap anggota
tentara sukarela tersebut diberi sebuah lencana. Gambar dari lencana ini
kemudian digunakan sebagai logo dari gerakan Pramuka internasional.
Keberhasilan
Baden-Powell mempertahankan kota Mafeking membuatnya dianggap menjadi pahlawan.
Dia kemudian menulis sebuah buku yang berjudul Aids
to Scouting (ditulis tahun 1899), dan menjadi buku terlaris saat itu.
Pada tahun 1906, Ernest Thompson Seton mengirimkan
Baden-Powell sebuah buku karyanya yang berjudul The
Birchbark Roll of the Woodcraft Indians. Seton, seorang
keturunan Inggris-Kanada yang tinggal di Amerika
Serikat, sering mengadakan pertemuan dengan Baden-Powell dan menyusun
rencana tentang suatu gerakan pemuda.
Pertemuannya dengan
Seton tersebut mendorongnya untuk menulis kembali bukunya, Aids
to Scouting, dengan versi baru yang diberi judul Boy's
Patrols.
Buku tersebut dimaksudkan sebagai buku petunjuk kepanduan bagi para pemuda
ketika itu. Kemudian, untuk menguji ide-idenya, dia mengadakan sebuah
perkemahan untuk 21 pemuda dari berbagai lapisan masyarakat selama seminggu
penuh, dimulai pada tanggal 1 Agustus, di Kepulauan Brownsea, Inggris. Metode
organisasinya (sekarang dikenal dengan sistem patroli atau patrol
system dalam
bahasa Inggris) menjadi kunci dari pelatihan kepanduan yang dilakukannya.
Sistem ini mengharuskan para pemuda untuk membentuk beberapa kelompok kecil,
kemudian menunjuk salah satu di antara mereka untuk menjadi ketua kelompok
tersebut.
Setelah bukunya
diterbitkan dan perkemahan yang dilakukannya berjalan dengan sukses,
Baden-Powell pergi untuk sebuah tur yang direncanakan oleh Arthur Pearson untuk
mempromosikan pemikirannya ke seluruh Inggris. Dari pemikirannya tersebut,
dibuatlah sebuah buku berjudul Scouting
fo Boys, yang saat ini dikenal sebagai buku panduan kepramukaan (Boy
Scout Handbook) edisi pertama.
Saat itu Baden-Powell mengharapkan bukunya dapat memberikan ide
baru untuk beberapa organisasi pemuda yang telah ada. Tapi yang terjadi,
beberapa pemuda malah membentuk sebuah organisasi baru dan meminta Baden-Powell
menjadi pembimbing mereka. Ia pun setuju dan mulai mendorong mereka untuk
belajar dan berlatih serta mengembangkan organisasi yang mereka dirikan
tersebut.
Seiring dengan
bertambahnya jumlah anggota, Baden-Powell semakin kesulitan membimbing mereka;
Ia membutuhkan asisten untuk membantunya. Oleh karena itu, ia merencanakan
untuk membentuk sebuah Pusat Pelatihan Kepemimpinan
bagi Orang Dewasa (Adult Leadership Training
Center).
Pada tahun 1919, sebuah taman di dekat London dibeli sebagai lokasi pelatihan
tersebut. Ia pun menulis buku baru yang berjudul Aids
to Scoutmastership dan beberapa buku lainnya yang kemudian ia kumpulkan dan
disatukan dalam buku berjudul Rovering to Success for Rover
Scouts pada
tahun 1922.
Sekalipun Gerakan
Kepanduan didirikan Baden-Powell, tetapi ia banyak terinspirasi Frederick Russell Burnham, orang Amerika yg
membantu Inggris di Afrika Selatan. Burnham banyak belajar teknik hidup di alam
bebas dari ayahnya yang menjadi pastor di tempat penampungan (reservasi) orang
Indian. Burnham yang sukses menghadapi beberapa perang pemberontakan Indian,
lalu pergi ke Afrika Selatan & berkenalan dengan Baden-Powell di Perang
Boer. Dari Burnhamlah Baden-Powell menyusun berbagai ketrampilan-ketrampilan
dasar yang diperlukan seorang Boy Scout (Pandu). Terinspirasi orang Indian.
Selanjutnya di Gerakan Kepanduan, Burnham diangkat sebagai “Kepala Suku”
pertama dari gerakan yg didirikan Baden-Powell.
Sejarah Pramuka
Indonesia
Gerakan Pramuka
atau Kepanduan di Indonesia telah dimulai sejak
tahun 1923 yang ditandai dengan didirikannya (Belanda)Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) di Bandung. Sedangkan
pada tahun yang sama, di Jakarta didirikan (Belanda)Jong Indonesische Padvinderij
Organisatie (JIPO). Kedua organisasi
cikalbakal kepanduan di Indonesia ini meleburkan diri
menjadi satu, bernama (Belanda)Indonesische Nationale Padvinderij
Organisatie (INPO) di Bandung pada tahun 1926.
Gerakan Pramuka
atau Kepanduan di Indonesia telah dimulai sejak
tahun 1923 yang ditandai dengan
didirikannya (Belanda) Nationale Padvinderij Organisatie
(NPO) di Bandung.
Sedangkan pada tahun yang sama,
di Jakarta didirikan (Belanda) Jong Indonesische
Padvinderij Organisatie (JIPO). Kedua organisasi cikal
bakal kepanduan di Indonesia ini meleburkan diri menjadi
satu, bernama (Belanda)Indonesische Nationale Padvinderij Organisatie
(INPO) di Bandung pada tahun 1926.
Pada tanggal 26
Oktober 2010, Dewan Perwakilan Rakyat mengabsahkan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka. Berdasarkan Undang Undang ini,
maka Pramuka bukan lagi satu-satunya organisasi yang boleh menyelenggarakan
pendidikan kepramukaan. Organisasi profesi juga diperbolehkan untuk
menyelenggarakan kegiatan kepramukaan.
Masa
Hindia Belanda
Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa
pemuda Indonesia mempunyai “saham” besar dalam pergerakan perjuangan
kemerdekaan Indonesia serta ada dan berkembangnya pendidikan kepanduan nasional
Indonesia. Dalam perkembangan pendidikan kepanduan itu tampak adanya dorongan
dan semangat untuk bersatu, namun terdapat gejala adanya berorganisasi yang
Bhinneka.
Organisasi kepanduan di Indonesia dimulai
oleh adanya cabang “Nederlandsche Padvinders Organisatie” (NPO) pada
tahun 1912, yang pada saat pecahnya Perang Dunia I memiliki
kwartir besar sendiri serta kemudian berganti nama menjadi “Nederlands-Indische
Padvinders Vereeniging” (NIPV) pada tahun 1916.
Organisasi Kepanduan yang diprakarsai oleh
bangsa Indonesia adalah Javaansche Padvinders Organisatie; berdiri atas
prakarsa S.P. Mangkunegara VII pada tahun 1916. Kenyataan bahwa
kepanduan itu senapas dengan pergerakan nasional, seperti tersebut di atas
dapat diperhatikan pada adanya “Padvinder Muhammadiyah” yang pada
1920 berganti nama menjadi “Hizbul Wathan” (HW); “Nationale Padvinderij” yang
didirikan oleh Budi Utomo; Syarikat Islam mendirikan “Syarikat Islam Afdeling
Padvinderij” yang kemudian diganti menjadi “Syarikat Islam Afdeling Pandu” dan
lebih dikenal dengan SIAP, Nationale Islamietische Padvinderij (NATIPIJ)
didirikan oleh Jong Islamieten Bond (JIB) dan Indonesisch Nationale Padvinders
Organisatie (INPO) didirikan oleh Pemuda Indonesia.
Hasrat bersatu bagi organisasi kepanduan
Indonesia waktu itu tampak mulai dengan terbentuknya PAPI yaitu “Persaudaraan
Antara Pandu Indonesia” merupakan federasi dari Pandu Kebangsaan, INPO, SIAP,
NATIPIJ dan PPS pada tanggal 23 Mei 1928.Federasi ini tidak dapat
bertahan lama, karena niat adanya fusi, akibatnya pada 1930
berdirilah Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) yang dirintis oleh tokoh
dari Jong Java Padvinders/Pandu Kebangsaan (JJP/PK), INPO dan PPS (JJP-Jong
Java Padvinderij); PK-Pandu Kebangsaan).
PAPI kemudian berkembang menjadi Badan
Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) pada bulan
April 1938. Antara tahun 1928-1935 bermuncullah gerakan kepanduan
Indonesia baik yang bernapas utama kebangsaan maupun bernapas agama. kepanduan
yang bernapas kebangsaan dapat dicatat Pandu Indonesia (PI), Padvinders
Organisatie Pasundan (POP), Pandu Kesultanan (PK), Sinar Pandu Kita (SPK) dan
Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI). Sedangkan yang bernapas agama Pandu
Ansor, Al Wathoni, Hizbul Wathan, Kepanduan Islam Indonesia
(KII), Islamitische Padvinders Organisatie (IPO), Tri Darma (Kristen),
Kepanduan Asas Katolik Indonesia (KAKI), Kepanduan Masehi Indonesia
(KMI).
Sebagai upaya untuk menggalang kesatuan dan
persatuan, Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia BPPKI merencanakan “All
Indonesian Jamboree”. Rencana ini mengalami beberapa perubahan baik dalam waktu
pelaksanaan maupun nama kegiatan, yang kemudian disepakati diganti dengan
“Perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem” disingkat PERKINO dan dilaksanakan pada
tanggal 19-23 Juli 1941 di Yogyakarta.
Masa
Perang Dunia II
Pada masa Perang Dunia II, bala tentara
Jepang mengadakan penyerangan dan Belanda meninggalkan Indonesia. Partai dan
organisasi rakyat Indonesia, termasuk gerakan kepanduan, dilarang berdiri.
Namun upaya menyelenggarakan PERKINO II tetap dilakukan. Bukan hanya itu,
semangat kepanduan tetap menyala di dada para anggotanya. Karena Pramuka
merupakan suatu organisasi yang menjunjung tinggi nilai persatuan. Oleh karena
itulah bangsa Jepang tidak mengizinkan Pramuka di Indonesia.
Masa
Republik Indonesia
Sebulan sesudah proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia, beberapa tokoh kepanduan berkumpul
di Yogyakarta dan bersepakat untuk membentuk Panitia Kesatuan
Kepanduan Indonesia sebagai suatu panitia kerja, menunjukkan pembentukan satu
wadah organisasi kepanduan untuk seluruh bangsa Indonesia dan segera mengadakan
Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia.
Kongres yang dimaksud dilaksanakan pada
tanggal 27-29 Desember 1945 di Surakarta dengan hasil terbentuknya Pandu Rakyat
Indonesia. Perkumpulan ini didukung oleh segenap pimpinan dan tokoh serta
dikuatkan dengan “Janji Ikatan Sakti”, lalu pemerintah RI mengakui sebagai
satu-satunya organisasi kepanduan yang ditetapkan dengan keputusan Menteri
Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No.93/Bag. A, tertanggal 1 Februari
1947.
Tahun-tahun sulit dihadapi oleh Pandu
Rakyat Indonesia karena serbuan Belanda. Bahkan pada peringatan
kemerdekaan 17 Agustus 1948 waktu diadakan api unggun di halaman
gedung Pegangsaan Timur 56, Jakarta, senjata Belanda mengancam dan memaksa
Soeprapto menghadap Tuhan, gugur sebagai martir gerakan kepanduan di Indonesia.
Di daerah yang diduduki Belanda, Pandu Rakyat dilarang berdiri,. Keadaan ini mendorong
berdirinya perkumpulan lain seperti Kepanduan Putera Indonesia (KPI), Pandu
Puteri Indonesia (PPI), Kepanduan Indonesia Muda (KIM).
Masa perjuangan bersenjata untuk
mempertahankan negeri tercinta merupakan pengabdian juga bagi para anggota
pergerakan kepanduan di Indonesia, kemudian berakhirlah periode perjuangan
bersenjata untuk menegakkan dan mempertahakan kemerdekaan itu, pada waktu
inilah Pandu Rakyat Indonesia mengadakan Kongres II di Yogyakarta pada tanggal
20-22 Januari 1950.
Kongres ini antara lain memutuskan untuk
menerima konsep baru, yaitu memberi kesempatan kepada golongan khusus untuk
menghidupakan kembali bekas organisasinya masing-masing dan terbukalah suatu
kesempatan bahwa Pandu Rakyat Indonesia bukan lagi satu-satunya organisasi kepanduan
di Indonesia dengan keputusan Menteri PP dan K nomor 2344/Kab. tertanggal 6
September 1951 dicabutlah pengakuan pemerintah bahwa Pandu Rakyat Indonesia
merupakan satu-satunya wadah kepanduan di Indonesia, jadi keputusan nomor
93/Bag. A tertanggal 1 Februari 1947 itu berakhir sudah.Mungkin agak aneh juga
kalau direnungi, sebab sepuluh hari sesudah keputusan Menteri No. 2334/Kab. itu
keluar, maka wakil-wakil organisasi kepanduan mengadakan konfersensi di
Jakarta. Pada saat inilah tepatnya tanggal 16 September
1951 diputuskan berdirinya Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO) sebagai suatu
federasi.
Pada 1953 Ipindo berhasil menjadi anggota
kepanduan sedunia.
Ipindo merupakan federasi bagi organisasi
kepanduan putera, sedangkan bagi organisasi puteri terdapat dua federasi yaitu
PKPI (Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia) dan POPPINDO (Persatuan Organisasi
Pandu Puteri Indonesia). Kedua federasi ini pernah bersama-sama menyambut
singgahnya Lady Baden-Powell ke Indonesia, dalam perjalanan ke Australia.
Dalam peringatan Hari Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-10 Ipindo menyelenggarakan Jambore
Nasional, bertempat di Ragunan, Pasar Minggu pada tanggal 10-20
Agustus 1955, Jakarta.
Ipindo sebagai wadah pelaksana kegiatan
kepanduan merasa perlu menyelenggarakan seminar agar dapat gambaran upaya untuk
menjamin kemurnian dan kelestarian hidup kepanduan. Seminar ini diadakan di
Tugu, Bogor pada bulan Januari 1957.
Seminar Tugu ini meng-hasilkan suatu
rumusan yang diharapkan dapat dijadikan acuan bagi setiap gerakan kepanduan di
Indonesia. Dengan demikian diharapkan ke-pramukaan yang ada dapat dipersatukan.
Setahun kemudian pada bulan Novem-ber 1958, Pemerintah RI, dalam hal ini
Departemen PP dan K mengadakan seminar di Ciloto, Bogor, Jawa Barat, dengan
topik “Penasionalan Kepanduan”.Kalau Jambore untuk putera dilaksanakan di
Ragunan Pasar Minggu-Jakarta, maka PKPI menyelenggarakan perkemahan besar untuk
puteri yang disebut Desa Semanggi bertempat di Ciputat. Desa Semanggi itu
terlaksana pada tahun 1959. Pada tahun ini juga Ipindo mengirimkan kontingennya
ke Jambore Dunia di MT. Makiling Filipina. Nah, masa-masa kemudian
adalah masa menjelang lahirnya Gerakan Pramuka.
Kelahiran
Gerakan Pramuka
Sejarah
Pramuka Indonesia
Gerakan Pramuka lahir pada tahun
1961, jadi kalau akan menyimak latar belakang lahirnya Gerakan Pramuka, orang
perlu mengkaji keadaan, kejadian dan peristiwa pada sekitar
tahun 1960.Dari ungkapan yang telah dipaparkan di depan kita lihat bahwa
jumlah perkumpulan kepanduan di Indonesia waktu itu sangat banyak. Jumlah itu
tidak sepandan dengan jumlah seluruh anggota perkumpulan itu.
Peraturan yang timbul pada masa perintisan
ini adalah Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang
rencana pembangunan Nasional Semesta Berencana. Dalam ketetapan ini dapat
ditemukan Pasal 330. C. yang menyatakan bahwa dasar pendidikan di bidang
kepanduan adalah Pancasila. Seterusnya penertiban tentang kepanduan (Pasal 741)
dan pendidikan kepanduan supaya diintensifkan dan menyetujui rencana Pemerintah
untuk mendirikan Pramuka (Pasal 349 Ayat 30).
Kemudian kepanduan supaya dibebaskan dari
sisa-sisa Lord Baden Powell (Lampiran C Ayat 8). Ketetapan itu memberi
kewajiban agar Pemerintah melaksanakannya. Karena itulah Pesiden/Mandataris
MPRS pada 9 Maret 1961 mengumpulkan tokoh-tokoh dan pemimpin gerakan kepanduan
Indonesia, bertempat di Istana Negara. Hari Kamis malam itulah Presiden
mengungkapkan bahwa kepanduan yang ada harus diperbaharui, metode dan aktivitas
pendidikan harus diganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi
satu yang disebut Pramuka. Presiden juga menunjuk panitia yang terdiri
atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Menteri P dan K Prof. Prijono,
Menteri Pertanian Dr.A. Azis Saleh dan Menteri Transmigrasi, Koperasi dan
Pembangunan Masyarakat Desa, Achmadi. Panitia ini tentulah perlu sesuatu
pengesahan. Dan kemudian terbitlah Keputusan Presiden RI No.112 Tahun 1961
tanggal 5 April 1961, tentang Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan Gerakan
Pramuka dengan susunan keanggotaan seperti yang disebut oleh Presiden pada
tanggal 9 Maret 1961.
Ada perbedaan sebutan atau tugas panitia
antara pidato Presiden dengan Keputusan Presiden itu. Masih dalam bulan
April itu juga, keluarlah Keputusan Presiden RI Nomor 121 Tahun 1961 tanggal 11
April 1961 tentang Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Anggota Panitia ini
terdiri atas Sri Sultan (Hamengku Buwono IX), Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh,
Achmadi dan Muljadi Djojo Martono (Menteri Sosial).
Panitia inilah yang kemudian mengolah
Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai Lampiran Keputusan Presiden R.I
Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka.
Kelahiran
Gerakan Pramuka
Gerakan Pramuka ditandai dengan serangkaian
peristiwa yang saling berkaitan yaitu:
- Pidato Presiden/Mandataris MPRS dihadapan para tokoh
dan pimpinan yang mewakili organisasi kepanduan yang terdapat di Indonesia
pada tanggal 9 Maret 1961 di Istana Negara. Peristiwa ini kemudian disebut
sebagai HARI TUNAS GERAKAN PRAMUKA
- Diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun
1961, tanggal 20 Mei 1961, tentang Gerakan Pramuka yang
menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan
yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan
pemuda Indonesia, serta mengesahkan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang
dijadikan pedoman, petunjuk dan pegangan bagi para pengelola Gerakan
Pramuka dalam menjalankan tugasnya. Tanggal 20 Mei adalah; Hari
Kebangkitan Nasional, namun bagi Gerakan Pramuka memiliki arti khusus dan
merupakan tonggak sejarah untuk pendidikan di lingkungan ke tiga.
Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PERMULAAN TAHUN KERJA.
- Pernyataan para wakil organisasi kepanduan di Indonesia
yang dengan ikhlas meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan Pramuka,
dilakukan di Istana Olahraga Senayan pada tanggal 30 Juli 1961. Peristiwa
ini kemudian disebut sebagai HARI IKRAR GERAKAN PRAMUKA.
- Pelantikan Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari di Istana
Negara, serta penganugerahan Panji-Panji Gerakan Pramuka pada tanggal 14
Agustus 1961.
- Selain pelantikan pengurus Gerakan Pramuka, pada
tanggal 14 Agustus 1961 pula dilangsungkan defile Pramuka yang bertujuan
untuk memperkenalkan secara resmi Gerakan Pramuka Indonesia kepada
khalayak. Sejak itu, tanggal 14 Agustus kemudian dikenal sebagai HARI
PRAMUKA.
Gerakan
Pramuka Diperkenalkan
Pidato Presiden pada tanggal 9 Maret 1961
juga menggariskan agar pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI Gerakan
Pramuka telah ada dan dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu Keppres RI
No.238 Tahun 1961 perlu ada pendukungnya yaitu pengurus dan anggotanya.
Menurut Anggaran Dasar Gerakan Pramuka,
pimpinan perkumpulan ini dipegang oleh Majelis Pimpinan Nasional (MAPINAS) yang
di dalamnya terdapat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Kwartir Nasional
Harian.
Badan Pimpinan Pusat ini secara simbolis
disusun dengan mengambil angka keramat 17-8-’45, yaitu terdiri atas Mapinas
beranggotakan 45 orang di antaranya duduk dalam Kwarnas 17 orang dan dalam
Kwarnasri 8 orang. Namun dalam realisasinya seperti tersebut dalam Keppres
RI No.447 Tahun 1961, tanggal 14 Agustus 1961 jumlah anggota Mapinas menjadi 70
orang dengan rincian dari 70 anggota itu 17 orang di antaranya sebagai anggota
Kwarnas dan 8 orang di antara anggota Kwarnas ini menjadi anggota Kwarnari.
Mapinas diketuai oleh Dr.
Ir. Soekarno, Presiden RI dengan Wakil Ketua I, Sri Sultan Hamengku
Buwono IX dan Wakil Ketua II Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh.
Sementara itu dalam Kwarnas, Sri Sultan
Hamengku Buwono IX menjabat Ketua dan Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh sebagai
Wakil Ketua merangkap Ketua Kwarnari.
Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan
kepada seluruh rakyat Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961 bukan saja di Ibu
kota Jakarta, tetapi juga di tempat yang penting di Indonesia. Di Jakarta
sekitar 10.000 anggota Gerakan Pramuka mengadakan Apel Besar yang diikuti
dengan pawai pembangunan dan defile di depan Presiden dan berkeliling
Jakarta. Sebelum kegiatan pawai/defile, Presiden melantik anggota Mapinas,
Kwarnas dan Kwarnari, di Istana negara, dan menyampaikan anugerah tanda
penghargaan dan kehormatan berupa Panji Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia
(Keppres No.448 Tahun 1961) yang diterimakan kepada Ketua Kwartir Nasional, Sri
Sultan Hamengku Buwono IX sesaat sebelum pawai/defile dimulai.
Peristiwa perkenalan tanggal 14 Agustus
1961 ini kemudian dilakukan sebagai HARI PRAMUKA yang setiap tahun diperingati
oleh seluruh jajaran dan anggota Gerakan Pramuka.
Struktur Organisasi Gerakan Pramuka
Struktur organisasi Gerakan
Pramuka disusun
mulai dari tingkat Nasional, Daerah, Cabang, Ranting, hingga ke Gugusdepan.
Struktur organisasi tersebut terdiri atas Majelis Pembimbing (Mabi), Kwartir,
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Kordinator Gugusdepan (Korgudep), Gugusdepan
(Gudep) dan Satuan Karya Pramuka (Saka), dan Badan Kelengkapan Kwartir.
Bagan struktur organisasi Gerakan Pramuka adalah sebagai berikut :
|
Struktur organisasi Gerakan Pramuka |
Penjelasan Struktur Organisasi Gerakan Pramuka
§ Majelis Pembimbing adalah badan yang bertugas memberikan
bimbingan dan bantuan moril, organisatoris, material, dan finansial kepada
kwartir, gugusdepan, dan satuan karya pramuka. Majelis Pembimbing dibentuk di
tingkat Nasional, Daerah, Cabang, Ranting, Gugusdepan dan Saka. Majelis
Pembimbing diketuai secara ex-officio:
§ di tingkat nasional (Mabinas) oleh Presiden Republik Indonesia
§ di tingkat daerah (Mabida) oleh Gubernur
§ di tingkat cabang (Mabicab) oleh Bupati/Walikota
§ di tingkat ranting (Mabiran) oleh Camat
§ Sedangkan di tingkat gugusdepan (Mabigus) dipilih dari anggota
Mabigus yang ada dan di tingkat Saka (Mabi Saka) dijabat oleh pejabat pada
lembaga/instansi/ departemen terkait.
§ Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Gerakan Pramuka adalah badan independen yang dibentuk Musyawarah Gerakan
Pramuka dan bertanggungjawab kepada Musyawarah Gerakan Pramuka.
§ Kwartir dan Koordinator Gudep merupakan perangkat dan mekanisme
kerja untuk mencapai tujuan Gerakan Pramuka. Kwartir dibentuk di tingkat
:
§ Nasional, disebut Kwartir Nasional (Kwarnas), ditetapkan dalam
Musyawarah Nasional (Munas) dengan masa bakti 5 tahun.
§ Daerah, disebut Kwartir Daerah (Kwarda), ditetapkan dalam
Musyawarah Daerah (Musda) dengan masa bakti 5 tahun.
§ Cabang, disebut Kwartir Cabang (Kwarcab), ditetapkan dalam
Musyawarah Cabang (Mucab) dengan masa bakti 5 tahun.
§ Ranting, disebut Kwartir Ranting (Kwarran), ditetapkan dalam
Musyawarah Ranting (Musran) dengan masa bakti 3 tahun.
§ Gugusdepan yang ada dalam satu wilayah kelurahan/desa
dikoordinasikan oleh Koordinator Gudep (Korgudep), ditetapkan dalam Musyawarah
Ranting (Musran) dengan masa bakti 3 tahun.
§ Gugusdepan (Gudep) adalah pangkalan pesertadidik yang merupakan
wadah pendidikan dalam organisasi Gerakan Pramuka. Selengkapnya mengenai Gudep
baca : Gugusdepan Gerakan Pramuka.
§ Satuan Karya Pramuka (Saka) merupakan wadah kegiatan
kepramukaan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan peserta
didik dalam wawasan tertentu serta melakukan kegiatan nyata sebagai pengabdian
kepada masyarakat sesuai dengan aspirasi pemuda Indonesia.
§ Badan Kelengkapan Kwartir merupakan badan-badan yang mempunyai
tugas membantu kwartir. Badan Kelengkapan Kwartir meliputi:
§ Dewan Kehormatan
§ Lembaga Pendidikan Kader Gerakan Pramuka yang terdiri atas
Lemdikanas (di tingkat Nasional), Lemdikada (di tingkat Daerah), dan Lemdikacab
(di tingkat Cabang).
§ Dewan Kerja Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega atau disebut Dewan Kerja yang terdiri atas DKN atau Dewan Kerja Nasional (di tingkat Nasional), DKD atau Dewan Kerja Daerah (di
tingkat Daerah), DKC atau Dewan Kerja Cabang (di tingkat Cabang), dan DKR atau
Dewan Kerja Ranting (di tingkat Ranting).
§ Pimpinan Satuan Karya Pramuka (Saka)
§ Pembantu Andalan
§ Badan Usaha Kwartir
§ Satuan Kegiatan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat dan
bersifat situasional.
§ Staf Kwartir.
§ Pramuka Utama Gerakan Pramuka adalah Kepala Negara Republik
Indonesia (Presiden).
§ Musyawarah Kwartir merupakan lembaga di lingkungan Gerakan Pramuka
yang bersidang pada akhir masa bakti kwartir atau gugusdepan serta memegang
kekuasaan tertinggi dalam kwartir atau gugusdepan. Musyawarah ini terdiri atas
:
§ Musyawarah Nasional yang diadakan sekali dalam waktu 5 (lima)
tahun. Peserta Munas terdiri
atas utusan/wakil Kwarnas, Mabinas, Kwarda, dan Mabida.
§ Musyawarah Daerah yang diadakan sekali dalam waktu 5 (lima)
tahun. Peserta Musda terdiri atas utusan/wakil Kwarda, Mabida,
Kwarcab, dan Mabicab.
§ Musyawarah Cabang yang diadakan sekali dalam waktu 5 (lima) tahun.
Peserta Mucab terdiri atas utusan/wakil Kwarcab, Mabicab, Kwarran,
dan Mabiran.
§ Musyawarah Ranting yang diadakan sekali dalam waktu 3 (lima)
tahun. Peserta Musran terdiri atas utusan/wakil Kwarran, Mabiran,
Korgudep, Mabi Desa, Gudep dan Mabigus.
§ Musyawarah Gugusdepan yang diadakan sekali dalam waktu 3 (lima)
tahun. Peserta Mugus terdiri atas utusan/wakil gudep dan Mabigus.
§
Kiasan Dasar adalah ungkapan yang digunakan secara simbolik
dalam penyelenggaraan pendidikan kepramukaan. Penggunaan Kiasan Dasar, sebagai
salah satu unsur terpadu dalam pendidikan kepramukaan, dimaksudkan untuk
mengembangkan imajinasi, sesuai dengan usia dan perkembangan, yang mendorong
kreatifitas dan keikutsertaan peserta didik dalam setiap kegiatan pendidikan
kepramukaan. Kegiatan pendidikan kepramukaan harus dikemas dalam Kiasan Dasar
yang menarik, menantang, dan merangsang, disesuaikan dengan minat, kebutuhan,
situasi dan kondisi anggota muda. Kiasan Dasar disusun dan dirancang untuk
mencapai tujuan dan sasaran pendidikan kepramukaan untuk setiap golongan serta
merupakan salah satu unsur dalam Metode Kepramukaan yang pelaksanaannya harus
tidak memberatkan anggota muda tetapi malah dapat memperkaya pengalaman.
§
Berikut Pelaksanaan Kiasan Dasar dalam Gerakan Pramuka,
diantaranya :
§
1. SIAGA adalah masa menyiagakan masyarakat dalam menghadapi
pemerintah kolonial Belanda dalam merintis kemerdekaan. Dan ditandai dengan
Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908.
§
2. PENGGALANG adalah masa menggalang persatuan dan kesatuan
pemuda, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
§
3. PENEGAK adalah masa menegakkan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan Proklamasi, 17 Agustus 1945.
§
4. PANDEGA adalah masa memadegani mengelola pem-bangunan dan
mengisinya.
§
5. PEMBINA adalah membina Bangsa dan Negara.
§
6. ANDALAN adalah para pemimpin yang bisa diandalkan.
§
Kemudian di bawah ini, adalah kiasan pada masing-masing Golongan
yang mengkiaskan tingkat-tingkat yang ada, yaitu :
§
1). Arti kiasan golongan Siaga (S) : Golongan Siaga merupakan
wadah pembinaan bagi anak berusia 7 – 10 tahun, merupakan kiasan dari masa
menyiagakan masyarakat dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda untuk
merintis kemerdekaan yang ditandai dengan Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908.
Siaga juga memiliki maksud bersegera untuk memulai dengan pembangunan yang
membutuhkan bantuan kesadaran yang tinggi dan penataan yang baik. Oleh sebab
itu, golongan ini memiliki tiga tingkatan yaitu : Siaga Mula, Siaga Bantu, dan
Siaga Tata.
§
2). Arti kiasan Penggalang (G) : Golongan selanjutnya, yaitu
Penggalang yang anggotanya anak berusia 11 – 15 tahun, diambil dari masa untuk
menggalang persatuan dan kesatuan pemuda yang ditandai dengan Sumpah Pemuda
tanggal 28 Oktober 1928. Tingkatan yang ada pun sejalan dengan sejarah
perjuangan bangsa untuk mencari ramuan atau bahan-bahan kemudian dirakit atau
disusun dan akhirnya dapat diterapkan dalam pembangunan bangsa dan negara.
Itulah sebabnya golongan ini memiliki tiga tingkatan, yaitu : Penggalang Ramu,
Penggalang Rakit, dan Penggalang Terap.
§
3). Arti kiasan Penegak (T) : Seperti halnya Golongan Siaga dan
Penggalang, kelanjutan dari dua golongan tersebut adalah golongan Penegak
(beranggotakan remaja berusia 16 – 20 tahun) memiliki kiasan dalam menegakan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan Proklamasi, 17 Agustus 1945.
Diperlukannya bantara-bantara atau kader pembangunan yang kuat, baik, terampil
dan mermoral yang sanggup melaksanakan pembangunan menjadikan Golongan Penegak
ini memiliki dua tingkatan yaitu: Penegak Bantara dan Penegak Laksana
§
4). Pendidikan Gerakan Kepanduan adalah pendidikan yang
berkelanjutan, tidak bisa berhenti sampai titik tertentu, seperti halnya
perjuangan Bangsa Indonesia yang terus-menerus. Bangsa Indonesia tidak pernah
puas terhadap kemerdekaan yang telah diraih karena esensi dari kemerdekaan itu
adalah awal dari perjuangan untuk membangun bangsa. Masa ini disebut masa
memandegani atau mengelola pembangunan dan mengisinya yang selanjutnya
dikiaskan dalam Golongan Pandega (D), (beranggotakan pemuda berusia 21 – 25
tahun
§
Oleh karena itu penggunaan Kiasan Dasar pada peserta didik
hendaknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan jiwa peserta didik, berikut
contoh kiasan dasar untuk :
§
a. Siaga : hal-hal yang fantastis
§
b. Penggalang : hal yang berlaku kepahlawanan, perjuangan
§
c. Penegak : hal yang berkaitan dengan kemasyarakatan
§
d. Pandega : Simulasi tentang jabatan kepemimpinan
§
Kegiatan yang dibungkus dengan kiasan dasar akan membangkitkan
jiwa kejuangan dan cinta tanah air yang membekas di hati peserta didik. Dalam
pelaksanaannya kiasan dasar terpadu dengan prinsip dasar, metode, kode
kehormatan dan motto Gerakan Pramuka. Buah dari semua jenjang pendidikan
Gerakan Pramuka ini diharapkan dapat melahirkan manusia Indonesia yang dapat
membina bangsa dan negara serta dapat menjadi pemimpin yang bisa diandalkan.
Kiasan dasar ini menjadi bukti bahwa Gerakan Pramuka yang lahir dan mengakar di
bumi nusantara merupakan bagian terpadu dari gerakan perjuangan kemerdekaan
Indonesia dalam membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu,
Gerakan Pramuka mempunyai andil yang tidak ternilai dalam sejarah perjuangan
bangsa. Jiwa kesatria yang patriotik telah mengantarkan para pandu ke medan
juang bahu-membahu dengan para pemuda untuk mewujudkan adicita rakyat Indonesia
dalam menegakkan dan memandegani Negara Kesatuan Republik Indonesia
selama-lamanya
Administrasi pramuka.
Salah satu kelemahan kita di Kwartir dan
Satuan Pramuka (Gudep/Saka) saat ini adalah tidak adanya atau tidak lengkapnya
Administrasi Kwartir dan/atau Administrasi Gudep/Saka. Pada hal, sebagai suatu
organisasi yang besar, Kwartir dan Gudep/Saka dituntut harus memiliki
aqdministrasi, tata cara kerja yang tertib dan teratur, sebagai landasan dan
pedoman untuk menentukan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian
dalam menentukan tindakan-tindakan selanjutnya.
Dalam arti luas, yang dimaksud dengan
Administrasi adalah keseluruhan (proses) yang membuat sumber-sumber personil
dan materiil sesuai yang tersedia dan efektif bagi tercapainya tujuan bersama.
Proses ini meliputi perencanaan, organisasi, koordinasi, pengawasan,
penyelenggaraan dan pelayanan dari segala sesuatu mengenai urusan Gerakan
Pramuka yang langsung berhubungan dengan pendidikan kepramukaan. Sedangkan
secara terbatas (sempit), administrasi didefinisikan sebagai penyusunan dan
pencatatan data dan informasi secara sistematis baik internal maupun eksternal
dengan maksud menyediakan keterangan serta memudahkan untuk memperoleh kembali
baik sebagian maupun menyeluruh. Pengertian administrasi secara sempit ini
lebih dikenal dengan istilah tata usaha dalam kwartir Gerakan Pramuka (lihat
Keputusan Kwarnas Nomor 162A Tahun 2011 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Sistem
Administrasi Kwartir Gerakan Pramuka).
Administrasi yang berlaku dalam Gerakan
Pramuka terdiri dari : Administrasi Kwartir dan Administrasi Satuan Pramuka.
Administrasi Kwartir adalah semua perencanaan, kegiatan, dan tata cara tulis
menulis dalam lingkungan kwartir Gerakan Pramuka yang dilakukan secara teratur
dan terarah untuk mencapai suatu tujuan dan tugas pokok kwartir Gerakan
Pramuka. Sedangkan untuk Gugus Depan dan Satuan Karya Pramuka di lingkungan
Gerakan Pramuka merupakan pusat gerak dan wadah pembinaan Pramuka, oleh karena
itu dukungan administrasi atau tata usaha perlu dilaksanakan secara tertata dan
tertib namun sederhana, yang diatur dalam Keputusan Kwarnas Nomor 041 Tahun
1995 tentang Petunjuk Pelaksanaan Administrasi Satuan. Bahkan Administrasi
Gudep harus diakreditasi sebagaimana diatur dalam Keputusan Kwarnas Nomor 203
Tahun 2011 tentang Pedoman Akreditasi Gugus Depan Pramuka.
Pramuka adalah sebuah organisasi yang mewadahi kegiatan peserta di
bawah kepemimpinan mereka sendiri. Kegiatan kepramukaan ini sangat membantu
para peserta didik mengembangkan fungsi kewarganegaraan mereka.
Hal ini bisa terwujud karena di dalam kegiatan kepramukaan akan
terbentuk sikap-sikap positif, sepeti kedisiplinan, kerja sama, kreativitas,
hingga sikap-sikap positif lainnya.
Untuk lebih lengkapnya, berikut akan dibahas 10 peran kepramukaan
yang sangat penting untuk pendidikan karakter bangsa. Simak terus, ya!
1.
Sebagai wadah pendidikan karakter anak muda
Kepramukaan adalah sebuah proses pendidikan di luar lingkungan
sekolah dan di luar lingkungan keluarga. Sementara itu, gerakan pramuka adalah
lembaga pendidikan yang sifatnya melengkapi dan memenuhi pendidikan untuk anak,
remaja, dan pemuda di rumah dan di sekolah, dimana fungsi pendidikan ini belum dimiliki
oleh lembaga pendidikan lainnya.
Kegiatan kepramukaan ini dilakukan dan dipimpin oleh para anggota
pramuka itu sendiri. Kegiatan ini diisi oleh kegiatan-kegiatan yang positif,
inovatif dan produktif sehingga bisa menjadi wadah pendidikan karakter mereka
sendiri.
2.
Membentuk kepribadian yang mudah beradaptasi
Sesuai dengan lambang gerakan pramuka, yaitu nyiur atau kelapa,
yang merupakan tumbuhan yang bisa tumbuh dimana saja, pramuka dapat membantu
peserta didik untuk mudah beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan
sekelilingnya.
Hal ini berarti kepramukaan sangat berperan dalam mencetak
generasi muda yang mampu hidup berdampingan dengan lingkungan di sekitarnya,
termasuk lingkup dunia. Tentu karakter seperti ini akan sangat baik untuk
dimiliki agar Indonesia bisa menjadi bangsa yang percaya diri di tengah
negara-negara besar di dunia.
3.
Menciptakan karakter penuh tanggung jawab
Kepramukaan juga mengajarkan peserta didiknya untuk menjadi sosok
yang bertanggung awab dan dapat dipercaya. Dewasa ini kita sering melihat
begitu rendahnya rasa tanggung jawab generasi mudah, yang tampak dari kebiasaan
mereka untuk tidak berpikir panjang, tidak berani berpendapat, bahkan berani
berbohong untuk menghindar dari hukuman. Tentu sikap-sikap ini sangat buruk
bagi perkembangan karakter bangsa kita.
Dengan pramuka, peserta didik akan diajarkan ketegasan dan
keberanian untuk bertanggung jawab, serta dapat dipercaya dan diandalkan.
4.
Meningkatkan ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Esa
Salah satu dasar atau acuan dari gerakan pramuka adalah untuk
meningkatkan ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini tertuang dalam Bab II
Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, Pasal 4 Tahun 2009, yang berbunyi “Gerakan
Pramuka mendidik dan membina kaum muda Indonesia guna mengembangkan keimanan
dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga menjadi manusia yang
berwatak, berkepribadian dan berbudi luhur, …”.
Oleh karena itu, melihat acuan dari gerakan kepramukaan tersebut,
kita dapat mengetahui bahwa salah satu peran kepramukaan dalam pendidikan
karakter adalah menanamkan rasa takwa dalam diri peserta didik yang akan tampak
dari kepribadian dan akhlak mereka sebagai generasi penerus bangsa.
5.
Membentuk watak dan akhlak yang mulia
Masih berkaitan dengan poin sebelumnya, dalam Anggaran Rumah
Tangga Gerakan Pramuka disebutkan bahwa semua kegiatan Gerakan Pramuka
diarahkan untuk membina watak, kepribadian dan akhlak mulia para anggotanya.
Semua hal tersebut dibentuk melalui kegiatan pengamalan moral Pancasila, pemahaman
sejarah perjuangan bangsa, kesadaran berbangsa dan bernegara, dan lain
sebagainya.
6.
Menumbuhkan rasa percaya diri dan kebangsaan
Dengan kegiatan kepramukaan juga akan membantu menumbuhkan rasa
percaya diri dan kebangsaan dalam diri para generasi muda. Mereka tidak gentar
berada di tengah-tengah kemajuan peradaban dan percaya diri membawa identitas
diri sebagai bangsa Indonesia.
Dengan kepercayaan diri ini, para generasi muda akan lebih berani
berkarya dan maju menunjukkan dirinya kepada dunia. Hal ini tentu akan membuat
Indonesia bisa lebih disegani di kancah internasional.
7.
Meningkatkan keterampilan bekerja sama
Kegiatan-kegiatan dalam kepramukaan didominasi oleh kerja sama
kelompok alih-alih bekerja sendiri-sendiri. Hal ini tentu akan bermanfaat untuk
mengasah dan meningkatkan keterampilan dalam bekerja sama.
Bagaimanapun, kemampuan bekerja
sama dengan orang lain merupakan keterampilan yang sangat penting untuk
kehidupan dalam jangka panjang. Hal ini sejalan dengan fitrah manusia yang
diciptakan sebagai makhluk sosial dan juga slogan bangsa Indonesia ‘Bersatu kita teguh, Bercerai kita runtuh’.
8.
Meningkatkan rasa empati
Ketika para peserta didik telah terbiasa untuk bekerja sama, maka
akan tumbuh pula rasa empati di diri mereka. Dengan rasa empati ini, mereka
akan lebih bisa menempatkan diri di posisi yang tepat saat berhadapan dengan
siapapun, serta menentukan sikap yang sesuai dengan situasi dan kondisi.
Rasa empati yang terasah dengan baik juga akan menjauhkan peserta
didik dari rasa egois dan rasa benar sendiri yang membantu mereka untuk terus
berkembang di tengah-tengah lingkungan mereka.
9.
Menanamkan nilai-nilai kejujuran
Dalam pramuka, terdapat Dasa Dharma Pramuka, yaitu 10 sikap yang
harus dimiliki oleh para anggota pramuka. Artinya, Dasa Dharma Pramuka ini akan
menjadi nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi oleh para anggota pramuka.
Beberapa poin di dalam Dasa Dharma Pramuka adalah dapat dipercaya, suci dalam
pikiran, suci dalam perkataan dan suci dalam perbuatan.
Artinya, peran kepramukaan dalam pendidikan karakter bangsa adalah
menanamkan nilai-nilai kejujuran pada para anggotanya sehingga bisa mencetak
generasi penerus bangsa yang jujur dan jauh dari perbuatan-perbuatan tercela.
10.
Mengisi kemerdekaan dengan kegiatan bermanfaat
Akhir-akhir ini kita mungkin sedikit dibbuat khawatir dengan
perkembangan generasi muda yang semakin acuh tak acuh dengan kemajuan negara
dan justru mengisi kemerdekaan ini dengan kegiatan-kegiatan yang tidak
bermanfaat.
Bahkan, banyak generasi muda yang terbawa arus globalisasi yang
condong dengan budaya barat akibat ketidaksiapan mental dan rohani mereka
menghadapi pengaruh-pengaruh gaya hidup yang kurang baik.
Falsafah
Dasadarma adalah ketentuan moral. Karena itu, Dasadarma memuat pokok-pokok moral yang harus ditanamkan kepada anggota Pramuka agar mereka dapat berkembang menjadi manusia berwatak, warga Negara Republik Indonesia yang setia, dan sekaligus mampu menghargai dan mencintai sesama manusia dan alam ciptaan Tuhan Yang Mahaesa.
- Republlik
Indonesia adalah Negara hukum yang
berdasarkan falsafah Pancasila, Karena itu, rumusan Dasadarma Pramuka
berisi penjabaran dari Pancasila dalam kehidupannya sehari-hari.
- Dasadarma yang
berarti sepuluh tuntunan tingkah laku adalah sarana untuk melaksanakan
satya (janji, ikar, ungkapan kata haaati). Dengan demikian, maka Dasadarma
Pramuka pertama-tama adalah ketentuan pengamalan dari Trisatya dan
kemudian dilengkapi dengan nilai-nilai luhur yang bermanfaat dalam tata
kehidupan.
1. Darma pertama: Takwa
kepada Tuhan Yang Mahaesa
Pengertian takwa adalah bermacam-macam, antara lain: bertahan,
luhur, berbakti, mengerjakan yang utama dan meninggalakan yang
tercela, hati-hati, terpelihara, dan lain-lain.
Tuhan adalah zat yang ada secara mutlak yang ada dengan. Zat yang
menjadi sumber atau sebab adanya segala sesuatu di dalam alam semesta (couse
prima atau sebab pertama).
Satu atau esa pada Tuhan adalah mutlak. Satu/tunggal yang tidak
dapat dibagi-bagi dan dibandingkan.
2. Darma
kedua: Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia
Yang dimaksud dengan cinta dan kasih saying apabila manusia dapat
ikut merasakan suka dan derita alam sekitarnya khususnya manusia. Khususnya
sebagai seorang Pramuka menganggap Pramuka lainnya baik
dan Indonesia maupun dari bangsa lain sebagai saudaranya kaarena masing-masing
mempunyai satya dan darma sebagai ketntuan moral.
3. Darma
Ketiga : Patriot yang sopan dan
ksatria
Patriot berarti putra tanah air, sebagai seorang warga Negara
Reoublik Indonesia, seorang Pramuka adalah putra yang baik, berbakti,
setia dan siap siaga membela tanah airnya. Sopan adalah tingkah laku yang halus
dan menghormati orang lain. Ksatria adalah orang yang gagah berani dan jujur.
Ksatria juga mengandung arti kepahlawanan, sifat gagah berani dan jujur.
4. Darma
keempaat: Patuh dan suka bermusyawarah.
Patuh berarti setia dan bersedia melakukan sesuaaatu yang sudah
disepakati dan ditentukan.
Musyawarah adalah laku utama seorang democrat yang menghormati
pendapat orang lain. Orang yang suka bermusyawarah terhindar dari sikap yang
otoriter dan semau sendiri.
5. Darma
kelima: Rela menolong dan tabah
Rela atau ikhlas adalah perbuatan yang dilakukan tanpa
memperhitungkan untung dan rugi (tanpa pamrih). Rela menolong berarti melakukan
perbuatan baik untuk kepentingan orang lain yang kurang mampu. Tabah atau ulet
adalah suatu sikap jiwa tahan uji. Meskipun seseorang mengetahui bahwa
menjalankan tugasnya akan menghadapi kesulitan, tetapi ia tidak mundur dan
tidak ragu.
6. Darma
keenam : Rajin, terampil, dan
gembira
1 Rajin
Manusia dibedakan dengan makhluk hidup yang lain kaarena ia
diciptakan mempunyai akal budi. Dengan demikian harus mengmbangkan diri dengan
membaca, menulis, dan belajar, Dengan perkataan lain, ia menjalani proses
kodrati dalam mendidik diri.
2. Terampil
Setiap manusia haarus beeerupaya untuk dapat berdiri di atas kaki
sendiri. Untuk hal itu, yang menjadi syarat utama adalah keahlian dan
keterampilan serta dapat mengerjakan suatu tugas dengan cepat dan tepat dengan
hasil yang baik.
3. Gembira
Banyak kesulitan, rintangan, dan hambatan yang dihadapi. Dan
tantangan ini akan diatasi dengan dorongan motivasi yang kuat. Suatu upaya untuk
mendapat motivasi ini adalah manusia harus dapat berfikir cerah, berjiwa
tenang, dan seimbang.
7. Darma ketujuh: Hermat, cermat, dan bersahaja
Hemat bukan beraaati “kikir” tetapi lebih terarah kepada dapatnya
seorang Pramuka melakukan dan mengunakan suatu secara tepat menurut kegunaannya
Cermat lebih berarti “ teliti” sikap lakku seorang Pramuka harus
senantiasa teliti baik terhadap dirinya sendiri (introspeksi) maupun yang
datangnya dari laur dirinya sehingga ia senantiasa waspada.
Hal ini lebih berarti, sederhana kesederhanaan yang wajar dan
tidak berlebih-lebihan sehingga dapat memberi kemungkinan penggambaran jiwa
untuk (penampilan diri) dan menimbulkan kemampuan untuk hidup dengan apa yang
didapat secaara halal tanpa merugikan diri sendiri dan ornag lain.
8. Darma kedelapan: Disiplin, berani dan Setia
Disiplin dalam pengertian yang luas berarti paaaaaatuh dan
mengikuti pemimpin dan atau ketentuan dan peraturan. Berani adalah suatu sikap
mental untuk bersedia menghadapi dan mengatasi suatu masalah dan tantangan.
Setia berarti tetap pada suatu pendirian dan ketentuan.
9. Darma
kesembilan: Bertanggungjawab dan
dapat dipercaya
Pramuka itu bertanggungjawab atas segala sesuatu yang diperbuat
baik atas perinnntah maupun tidak, terutama secara pribadi bertanggungjawab
terhadap Negara, bangsa, masyarakat dan keluarga
Yang dimaksud dengan dapat dipercaya ialah: Pramuka itu dapat
dipercaya, baik perkataannya maupun perbuatannya.
10. Darma kesepuluh : Suci dalam pikiran Perkataan dan perbuatan
Suci dalam pikiran
berarti bahwa Pramuka tersebut selalu melihat dan memikirkan sesuatu itu
pada segi baiknya atau ada hikmahnya dan tidak terlintas sama sekali pemikiran
ke arah yang tidak baik. Suci dalam perkataan setiap apa yang telah dikatakan
itu benar, jujur seerta dapat dipercaya dengan tidak menyinggung perasaan oeng
lain. Suci dalam peerbuatan sebagai akibat dari pikiran dan
perkataan yang suci, maka Pramuka itu harus sanggup dan mampu berbuat yang baik
dan terus konsisten dalam hal tersebut.
Bagian Atas Formulir
Bagian Bawah Formulir