Minggu, 30 Mei 2021

KEPRAMUKAAN 🇵🇱

Prinsip Dasar & Metode Kepramukaan

Prinsip Dasar Kepramukaan

Merupakan norma hidup bagi Pramuka, memuat prinsip dasar yang menjadi landasan hidup bagi Pramuka. Prinsip dasar tersebut menjadi acuan bagi Pramuka dalam mengembangkan dirinya. Prinsip dasar kepramukaan terdiri dari empat hal, yaitu:

  1. Iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
  2. Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya;
  3. Peduli terhadap diri pribadinya;
  4. Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka (satya dan darma – janji dan kode moral).

Metode Kepramukaan

Merupakan pedoman untuk anggota pramuka melaksanakan pembinaan di lingkungan Pramuka, baik di tingkat satuan, gugusdepan atau tingkat yang lebih tinggi. Metode ini disusun dari berbagai bagian yang merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan, antara lain:

Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka

Kode kehormatan ini digunakan sebagai dasar dari seluruh aktifitas dari anggota pramuka.

Belajar Sambil Melakukan

Pendidikan dalam Gerakan Pramuka merupakan proses dari rekaman pengalaman saat melakukan kegiatan. Kepramukaan bukanlah suatu textbook yang harus dihafalkan, namun merupakan kegiatan. “perencanaan – melakukan – evaluasi” merupakan satu rangkaian kegiatan. Feedback (debrief) untuk menggali pengalaman dan hal-hal yang menjadi pelajaran dalam seluruh rangkaian kegiatan memegang peranan penting dalam suatu kegiatan.

Sistem Berkelompok

Sistem berkelompok dalam Gerakan Pramuka merupakan wadah berlatih anggota untuk bisa bersinergi dengan orang lain, bekerjasama, berlatih untuk memimpin dan dipimpin. Satuan dalam Gerakan Pramuka dikelompokkan sesuai dengan perkembangan jiwa dalam satu satuan untuk memastikan pengembangan diri mereka sesuai dengan lingkungan tempat mereka hidup.

Kegiatan yang menantang dan meningkat serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani peserta didik

Kegiatan menantang tidak selalu mengandung resiko yang cukup besar bagi pesertanya. Inti dari kegiatan menantang adalah bagaimana kita bisa membuat suatu kegiatan menjadi menarik, menantang untuk diselesaikan. Setiap kegiatan kepramukaan harus dieksplorasi nilai pendidikan yang terkandung didalamnya karena Pramuka merupakan organisasi pendidikan.

Kegiatan kepramukaan bisa dilakukan oleh siapa saja namun menjadi sesuatu yang berbeda saat tingkat tantangan kegiatan menyesuaikan dengan kondisi peserta (kondisi mental, fisik, finansial dan kesehatan).

Kegiatan di alam terbuka

Berkegiatan di alam terbuka akan membuat sesorang lebih ekspresif dan bebas, Dari sini akan timbul kreatifitas dalam menyelesaikan persoalan yang ada. Berada di alam terbuka akan membuat seseorang menjadi lebih kuat dan menghargai lingkungan dimana dia tinggal. Apakah alam terbuka berarti harus di hutan? BELUM TENTU! Istilah alam terbuka mengajak kita untuk lebih banyak bergaul dengan lingkungan sekitar kita, belajar dari situ, membebaskan pikiran tanpa dihalangi oleh dinding kelas.

Sistem Tanda Kecakapan

Pramuka memberi penghargaan bagi mereka yang telah mencapai tingkat atau skill tertentu dengan memberikan badge yang membuktikan bahwa si pemakai mempunyai kualitas sesuai dengan yang tertera pada badge. Hal ini untuk memacu anggotanya untuk meningkatkan kemampuan serta standarisasi.

Sistem Satuan Terpisah untuk satuan putera dan puteri

Pendidikan untuk semua, baik putra maupun putri. Pramuka memberi kegiatan yang bisa dilaksanakan oleh putra maupun putri tanpa melanggar norma. Sistem satuan terpisah diterapkan pada lingkungan tinggal serta tempat istirahat (tidur). Satuan terpisah ini tidak didefinisikan sebagai pemisahan segala hal dalam gerakan pramuka, tetapi satuan terpisah ini lebih didefinisikan kepada perbedaan kebutuhan antara anggota putra dan putrid sehingga memicu untuk dipisahkannya beberapa hal dalam gerakan pramuka (misal: Pola Pembinaan)

Kiasan Dasar

Simbol / Istilah / kiasan yang digunakan didalam gerakan pramuka mendefinisikan sesuatu. Umumnya, simbol-simbol / kiasan – kiasan yang dipergunakan didalam gerakan pramuka selalu berhubungan dengan alam sekitar dan mudah dikenal.

Simbol – simbol yang digunakan memiliki makna tertentu yang berhubungan dengan sesuatu yang diwakilinya. Misalkan, raimuna. Raimuna adalah kegiatan bertemunya seluruh pimpinan pramuka penegak pandega baik ditingkat kwartir ranting, cabang, daerah maupun nasional. Dalam bahasa aslinya (bahasa PAPUA), raimuna berarti pertemuan kepala suku untuk menghasilkan suatu kebaikan.

Kelahiran Gerakan KepanduanSunting

Gerakan ini dimulai pada tahun 1907 ketika Robert Baden-Powell, seorang letnan jendral angkatan bersenjata Britania Raya, dan William Alexander Smith, pendiri Boy's Brigade, mengadakan perkemahan kepanduan pertama (dikenal sebagai jamboree) di Kepulauan BrownseaInggris.

Ide untuk mengadakan gerakan tersebut muncul ketika Baden-Powell dan pasukannya berjuang mempertahankan kota MafekingAfrika Selatan, dari serangan tentara Boer. Ketika itu, pasukannya kalah besar dibandingkan tentara Boer. Untuk mengakalinya, sekelompok pemuda dibentuk dan dilatih untuk menjadi tentara sukarela. Tugas utama mereka adalah membantu militer mempertahankan kota. Mereka mendapatkan tugas-tugas yang ringan tetapi penting; misalnya mengantarkan pesan yang diberikan Baden-Powell ke seluruh anggota militer di kota tersebut. Pekerjaan itu dapat mereka selesaikan dengan baik sehingga pasukan Baden-Powell dapat mempertahankan kota Mafeking selama beberapa bulan. Sebagai penghargaan atas keberhasilan yang mereka dapatkan, setiap anggota tentara sukarela tersebut diberi sebuah lencana. Gambar dari lencana ini kemudian digunakan sebagai logo dari gerakan Pramuka internasional.

Keberhasilan Baden-Powell mempertahankan kota Mafeking membuatnya dianggap menjadi pahlawan. Dia kemudian menulis sebuah buku yang berjudul Aids to Scouting (ditulis tahun 1899), dan menjadi buku terlaris saat itu.

Pada tahun 1906, Ernest Thompson Seton mengirimkan Baden-Powell sebuah buku karyanya yang berjudul The Birchbark Roll of the Woodcraft Indians. Seton, seorang keturunan Inggris-Kanada yang tinggal di Amerika Serikat, sering mengadakan pertemuan dengan Baden-Powell dan menyusun rencana tentang suatu gerakan pemuda.

Pertemuannya dengan Seton tersebut mendorongnya untuk menulis kembali bukunya, Aids to Scouting, dengan versi baru yang diberi judul Boy's Patrols. Buku tersebut dimaksudkan sebagai buku petunjuk kepanduan bagi para pemuda ketika itu. Kemudian, untuk menguji ide-idenya, dia mengadakan sebuah perkemahan untuk 21 pemuda dari berbagai lapisan masyarakat selama seminggu penuh, dimulai pada tanggal 1 Agustus, di Kepulauan Brownsea, Inggris. Metode organisasinya (sekarang dikenal dengan sistem patroli atau patrol system dalam bahasa Inggris) menjadi kunci dari pelatihan kepanduan yang dilakukannya. Sistem ini mengharuskan para pemuda untuk membentuk beberapa kelompok kecil, kemudian menunjuk salah satu di antara mereka untuk menjadi ketua kelompok tersebut.

Setelah bukunya diterbitkan dan perkemahan yang dilakukannya berjalan dengan sukses, Baden-Powell pergi untuk sebuah tur yang direncanakan oleh Arthur Pearson untuk mempromosikan pemikirannya ke seluruh Inggris. Dari pemikirannya tersebut, dibuatlah sebuah buku berjudul Scouting fo Boys, yang saat ini dikenal sebagai buku panduan kepramukaan (Boy Scout Handbook) edisi pertama.

Saat itu Baden-Powell mengharapkan bukunya dapat memberikan ide baru untuk beberapa organisasi pemuda yang telah ada. Tapi yang terjadi, beberapa pemuda malah membentuk sebuah organisasi baru dan meminta Baden-Powell menjadi pembimbing mereka. Ia pun setuju dan mulai mendorong mereka untuk belajar dan berlatih serta mengembangkan organisasi yang mereka dirikan tersebut.

Seiring dengan bertambahnya jumlah anggota, Baden-Powell semakin kesulitan membimbing mereka; Ia membutuhkan asisten untuk membantunya. Oleh karena itu, ia merencanakan untuk membentuk sebuah Pusat Pelatihan Kepemimpinan bagi Orang Dewasa (Adult Leadership Training Center). Pada tahun 1919, sebuah taman di dekat London dibeli sebagai lokasi pelatihan tersebut. Ia pun menulis buku baru yang berjudul Aids to Scoutmastership dan beberapa buku lainnya yang kemudian ia kumpulkan dan disatukan dalam buku berjudul Rovering to Success for Rover Scouts pada tahun 1922.

Sekalipun Gerakan Kepanduan didirikan Baden-Powell, tetapi ia banyak terinspirasi Frederick Russell Burnham, orang Amerika yg membantu Inggris di Afrika Selatan. Burnham banyak belajar teknik hidup di alam bebas dari ayahnya yang menjadi pastor di tempat penampungan (reservasi) orang Indian. Burnham yang sukses menghadapi beberapa perang pemberontakan Indian, lalu pergi ke Afrika Selatan & berkenalan dengan Baden-Powell di Perang Boer. Dari Burnhamlah Baden-Powell menyusun berbagai ketrampilan-ketrampilan dasar yang diperlukan seorang Boy Scout (Pandu). Terinspirasi orang Indian. Selanjutnya di Gerakan Kepanduan, Burnham diangkat sebagai “Kepala Suku” pertama dari gerakan yg didirikan Baden-Powell.

 



 

Sejarah Pramuka Indonesia



Gerakan Pramuka atau Kepanduan di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1923 yang ditandai dengan didirikannya (Belanda)Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) di Bandung. Sedangkan pada tahun yang sama, di Jakarta didirikan (Belanda)Jong Indonesische Padvinderij Organisatie (JIPO). Kedua organisasi cikalbakal kepanduan di Indonesia ini meleburkan diri menjadi satu, bernama (Belanda)Indonesische Nationale Padvinderij Organisatie (INPO) di Bandung pada tahun 1926.

Gerakan Pramuka atau Kepanduan di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1923 yang ditandai dengan didirikannya (Belanda) Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) di Bandung.

Sedangkan pada tahun yang sama, di Jakarta didirikan (Belanda) Jong Indonesische Padvinderij Organisatie (JIPO). Kedua organisasi cikal bakal kepanduan di Indonesia ini meleburkan diri menjadi satu, bernama (Belanda)Indonesische Nationale Padvinderij Organisatie (INPO) di Bandung pada tahun 1926.

Pada tanggal 26 Oktober 2010, Dewan Perwakilan Rakyat mengabsahkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka. Berdasarkan Undang Undang ini, maka Pramuka bukan lagi satu-satunya organisasi yang boleh menyelenggarakan pendidikan kepramukaan. Organisasi profesi juga diperbolehkan untuk menyelenggarakan kegiatan kepramukaan.

Masa Hindia Belanda

Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa pemuda Indonesia mempunyai “saham” besar dalam pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia serta ada dan berkembangnya pendidikan kepanduan nasional Indonesia. Dalam perkembangan pendidikan kepanduan itu tampak adanya dorongan dan semangat untuk bersatu, namun terdapat gejala adanya berorganisasi yang Bhinneka.

Organisasi kepanduan di Indonesia dimulai oleh adanya cabang “Nederlandsche Padvinders Organisatie” (NPO) pada tahun 1912, yang pada saat pecahnya Perang Dunia I memiliki kwartir besar sendiri serta kemudian berganti nama menjadi “Nederlands-Indische Padvinders Vereeniging” (NIPV) pada tahun 1916.

Organisasi Kepanduan yang diprakarsai oleh bangsa Indonesia adalah Javaansche Padvinders Organisatie; berdiri atas prakarsa S.P. Mangkunegara VII pada tahun 1916. Kenyataan bahwa kepanduan itu senapas dengan pergerakan nasional, seperti tersebut di atas dapat diperhatikan pada adanya “Padvinder Muhammadiyah” yang pada 1920 berganti nama menjadi “Hizbul Wathan” (HW); “Nationale Padvinderij” yang didirikan oleh Budi Utomo; Syarikat Islam mendirikan “Syarikat Islam Afdeling Padvinderij” yang kemudian diganti menjadi “Syarikat Islam Afdeling Pandu” dan lebih dikenal dengan SIAP, Nationale Islamietische Padvinderij (NATIPIJ) didirikan oleh Jong Islamieten Bond (JIB) dan Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie (INPO) didirikan oleh Pemuda Indonesia.

Hasrat bersatu bagi organisasi kepanduan Indonesia waktu itu tampak mulai dengan terbentuknya PAPI yaitu “Persaudaraan Antara Pandu Indonesia” merupakan federasi dari Pandu Kebangsaan, INPO, SIAP, NATIPIJ dan PPS pada tanggal 23 Mei 1928.Federasi ini tidak dapat bertahan lama, karena niat adanya fusi, akibatnya pada 1930 berdirilah Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) yang dirintis oleh tokoh dari Jong Java Padvinders/Pandu Kebangsaan (JJP/PK), INPO dan PPS (JJP-Jong Java Padvinderij); PK-Pandu Kebangsaan). 

PAPI kemudian berkembang menjadi Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) pada bulan April 1938. Antara tahun 1928-1935 bermuncullah gerakan kepanduan Indonesia baik yang bernapas utama kebangsaan maupun bernapas agama. kepanduan yang bernapas kebangsaan dapat dicatat Pandu Indonesia (PI), Padvinders Organisatie Pasundan (POP), Pandu Kesultanan (PK), Sinar Pandu Kita (SPK) dan Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI). Sedangkan yang bernapas agama Pandu Ansor, Al Wathoni, Hizbul Wathan, Kepanduan Islam Indonesia (KII), Islamitische Padvinders Organisatie (IPO), Tri Darma (Kristen), Kepanduan Asas Katolik Indonesia (KAKI), Kepanduan Masehi Indonesia (KMI).

Sebagai upaya untuk menggalang kesatuan dan persatuan, Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia BPPKI merencanakan “All Indonesian Jamboree”. Rencana ini mengalami beberapa perubahan baik dalam waktu pelaksanaan maupun nama kegiatan, yang kemudian disepakati diganti dengan “Perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem” disingkat PERKINO dan dilaksanakan pada tanggal 19-23 Juli 1941 di Yogyakarta.

Masa Perang Dunia II

Pada masa Perang Dunia II, bala tentara Jepang mengadakan penyerangan dan Belanda meninggalkan Indonesia. Partai dan organisasi rakyat Indonesia, termasuk gerakan kepanduan, dilarang berdiri. Namun upaya menyelenggarakan PERKINO II tetap dilakukan. Bukan hanya itu, semangat kepanduan tetap menyala di dada para anggotanya. Karena Pramuka merupakan suatu organisasi yang menjunjung tinggi nilai persatuan. Oleh karena itulah bangsa Jepang tidak mengizinkan Pramuka di Indonesia.

Masa Republik Indonesia

Sebulan sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, beberapa tokoh kepanduan berkumpul di Yogyakarta dan bersepakat untuk membentuk Panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia sebagai suatu panitia kerja, menunjukkan pembentukan satu wadah organisasi kepanduan untuk seluruh bangsa Indonesia dan segera mengadakan Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia.

Kongres yang dimaksud dilaksanakan pada tanggal 27-29 Desember 1945 di Surakarta dengan hasil terbentuknya Pandu Rakyat Indonesia. Perkumpulan ini didukung oleh segenap pimpinan dan tokoh serta dikuatkan dengan “Janji Ikatan Sakti”, lalu pemerintah RI mengakui sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No.93/Bag. A, tertanggal 1 Februari 1947.

Tahun-tahun sulit dihadapi oleh Pandu Rakyat Indonesia karena serbuan Belanda. Bahkan pada peringatan kemerdekaan 17 Agustus 1948 waktu diadakan api unggun di halaman gedung Pegangsaan Timur 56, Jakarta, senjata Belanda mengancam dan memaksa Soeprapto menghadap Tuhan, gugur sebagai martir gerakan kepanduan di Indonesia. Di daerah yang diduduki Belanda, Pandu Rakyat dilarang berdiri,. Keadaan ini mendorong berdirinya perkumpulan lain seperti Kepanduan Putera Indonesia (KPI), Pandu Puteri Indonesia (PPI), Kepanduan Indonesia Muda (KIM).

Masa perjuangan bersenjata untuk mempertahankan negeri tercinta merupakan pengabdian juga bagi para anggota pergerakan kepanduan di Indonesia, kemudian berakhirlah periode perjuangan bersenjata untuk menegakkan dan mempertahakan kemerdekaan itu, pada waktu inilah Pandu Rakyat Indonesia mengadakan Kongres II di Yogyakarta pada tanggal 20-22 Januari 1950.

Kongres ini antara lain memutuskan untuk menerima konsep baru, yaitu memberi kesempatan kepada golongan khusus untuk menghidupakan kembali bekas organisasinya masing-masing dan terbukalah suatu kesempatan bahwa Pandu Rakyat Indonesia bukan lagi satu-satunya organisasi kepanduan di Indonesia dengan keputusan Menteri PP dan K nomor 2344/Kab. tertanggal 6 September 1951 dicabutlah pengakuan pemerintah bahwa Pandu Rakyat Indonesia merupakan satu-satunya wadah kepanduan di Indonesia, jadi keputusan nomor 93/Bag. A tertanggal 1 Februari 1947 itu berakhir sudah.Mungkin agak aneh juga kalau direnungi, sebab sepuluh hari sesudah keputusan Menteri No. 2334/Kab. itu keluar, maka wakil-wakil organisasi kepanduan mengadakan konfersensi di Jakarta. Pada saat inilah tepatnya tanggal 16 September 1951 diputuskan berdirinya Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO) sebagai suatu federasi.

Pada 1953 Ipindo berhasil menjadi anggota kepanduan sedunia.

Ipindo merupakan federasi bagi organisasi kepanduan putera, sedangkan bagi organisasi puteri terdapat dua federasi yaitu PKPI (Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia) dan POPPINDO (Persatuan Organisasi Pandu Puteri Indonesia). Kedua federasi ini pernah bersama-sama menyambut singgahnya Lady Baden-Powell ke Indonesia, dalam perjalanan ke Australia.

Dalam peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-10 Ipindo menyelenggarakan Jambore Nasional, bertempat di Ragunan, Pasar Minggu pada tanggal 10-20 Agustus 1955, Jakarta.

Ipindo sebagai wadah pelaksana kegiatan kepanduan merasa perlu menyelenggarakan seminar agar dapat gambaran upaya untuk menjamin kemurnian dan kelestarian hidup kepanduan. Seminar ini diadakan di Tugu, Bogor pada bulan Januari 1957.

Seminar Tugu ini meng-hasilkan suatu rumusan yang diharapkan dapat dijadikan acuan bagi setiap gerakan kepanduan di Indonesia. Dengan demikian diharapkan ke-pramukaan yang ada dapat dipersatukan. Setahun kemudian pada bulan Novem-ber 1958, Pemerintah RI, dalam hal ini Departemen PP dan K mengadakan seminar di Ciloto, Bogor, Jawa Barat, dengan topik “Penasionalan Kepanduan”.Kalau Jambore untuk putera dilaksanakan di Ragunan Pasar Minggu-Jakarta, maka PKPI menyelenggarakan perkemahan besar untuk puteri yang disebut Desa Semanggi bertempat di Ciputat. Desa Semanggi itu terlaksana pada tahun 1959. Pada tahun ini juga Ipindo mengirimkan kontingennya ke Jambore Dunia di MT. Makiling Filipina. Nah, masa-masa kemudian adalah masa menjelang lahirnya Gerakan Pramuka.

Kelahiran Gerakan Pramuka

Sejarah Pramuka Indonesia

Gerakan Pramuka lahir pada tahun 1961, jadi kalau akan menyimak latar belakang lahirnya Gerakan Pramuka, orang perlu mengkaji keadaan, kejadian dan peristiwa pada sekitar tahun 1960.Dari ungkapan yang telah dipaparkan di depan kita lihat bahwa jumlah perkumpulan kepanduan di Indonesia waktu itu sangat banyak. Jumlah itu tidak sepandan dengan jumlah seluruh anggota perkumpulan itu. 

Peraturan yang timbul pada masa perintisan ini adalah Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang rencana pembangunan Nasional Semesta Berencana. Dalam ketetapan ini dapat ditemukan Pasal 330. C. yang menyatakan bahwa dasar pendidikan di bidang kepanduan adalah Pancasila. Seterusnya penertiban tentang kepanduan (Pasal 741) dan pendidikan kepanduan supaya diintensifkan dan menyetujui rencana Pemerintah untuk mendirikan Pramuka (Pasal 349 Ayat 30).

Kemudian kepanduan supaya dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powell (Lampiran C Ayat 8). Ketetapan itu memberi kewajiban agar Pemerintah melaksanakannya. Karena itulah Pesiden/Mandataris MPRS pada 9 Maret 1961 mengumpulkan tokoh-tokoh dan pemimpin gerakan kepanduan Indonesia, bertempat di Istana Negara. Hari Kamis malam itulah Presiden mengungkapkan bahwa kepanduan yang ada harus diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan harus diganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu yang disebut Pramuka. Presiden juga menunjuk panitia yang terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Menteri P dan K Prof. Prijono, Menteri Pertanian Dr.A. Azis Saleh dan Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa, Achmadi. Panitia ini tentulah perlu sesuatu pengesahan. Dan kemudian terbitlah Keputusan Presiden RI No.112 Tahun 1961 tanggal 5 April 1961, tentang Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka dengan susunan keanggotaan seperti yang disebut oleh Presiden pada tanggal 9 Maret 1961.

Ada perbedaan sebutan atau tugas panitia antara pidato Presiden dengan Keputusan Presiden itu. Masih dalam bulan April itu juga, keluarlah Keputusan Presiden RI Nomor 121 Tahun 1961 tanggal 11 April 1961 tentang Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Anggota Panitia ini terdiri atas Sri Sultan (Hamengku Buwono IX), Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, Achmadi dan Muljadi Djojo Martono (Menteri Sosial).

Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai Lampiran Keputusan Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka.

Kelahiran Gerakan Pramuka

Gerakan Pramuka ditandai dengan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan yaitu:

  1. Pidato Presiden/Mandataris MPRS dihadapan para tokoh dan pimpinan yang mewakili organisasi kepanduan yang terdapat di Indonesia pada tanggal 9 Maret 1961 di Istana Negara. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI TUNAS GERAKAN PRAMUKA
  2. Diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961, tentang Gerakan Pramuka yang menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia, serta mengesahkan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang dijadikan pedoman, petunjuk dan pegangan bagi para pengelola Gerakan Pramuka dalam menjalankan tugasnya. Tanggal 20 Mei adalah; Hari Kebangkitan Nasional, namun bagi Gerakan Pramuka memiliki arti khusus dan merupakan tonggak sejarah untuk pendidikan di lingkungan ke tiga. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PERMULAAN TAHUN KERJA.
  3. Pernyataan para wakil organisasi kepanduan di Indonesia yang dengan ikhlas meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan Pramuka, dilakukan di Istana Olahraga Senayan pada tanggal 30 Juli 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI IKRAR GERAKAN PRAMUKA.
  4. Pelantikan Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, serta penganugerahan Panji-Panji Gerakan Pramuka pada tanggal 14 Agustus 1961.
  5. Selain pelantikan pengurus Gerakan Pramuka, pada tanggal 14 Agustus 1961 pula dilangsungkan defile Pramuka yang bertujuan untuk memperkenalkan secara resmi Gerakan Pramuka Indonesia kepada khalayak. Sejak itu, tanggal 14 Agustus kemudian dikenal sebagai HARI PRAMUKA.

Gerakan Pramuka Diperkenalkan

Pidato Presiden pada tanggal 9 Maret 1961 juga menggariskan agar pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI Gerakan Pramuka telah ada dan dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu Keppres RI No.238 Tahun 1961 perlu ada pendukungnya yaitu pengurus dan anggotanya.

Menurut Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, pimpinan perkumpulan ini dipegang oleh Majelis Pimpinan Nasional (MAPINAS) yang di dalamnya terdapat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Kwartir Nasional Harian.

Badan Pimpinan Pusat ini secara simbolis disusun dengan mengambil angka keramat 17-8-’45, yaitu terdiri atas Mapinas beranggotakan 45 orang di antaranya duduk dalam Kwarnas 17 orang dan dalam Kwarnasri 8 orang. Namun dalam realisasinya seperti tersebut dalam Keppres RI No.447 Tahun 1961, tanggal 14 Agustus 1961 jumlah anggota Mapinas menjadi 70 orang dengan rincian dari 70 anggota itu 17 orang di antaranya sebagai anggota Kwarnas dan 8 orang di antara anggota Kwarnas ini menjadi anggota Kwarnari.

Mapinas diketuai oleh Dr. Ir. Soekarno, Presiden RI dengan Wakil Ketua I, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Ketua II Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh.

Sementara itu dalam Kwarnas, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjabat Ketua dan Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh sebagai Wakil Ketua merangkap Ketua Kwarnari.

Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961 bukan saja di Ibu kota Jakarta, tetapi juga di tempat yang penting di Indonesia. Di Jakarta sekitar 10.000 anggota Gerakan Pramuka mengadakan Apel Besar yang diikuti dengan pawai pembangunan dan defile di depan Presiden dan berkeliling Jakarta. Sebelum kegiatan pawai/defile, Presiden melantik anggota Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari, di Istana negara, dan menyampaikan anugerah tanda penghargaan dan kehormatan berupa Panji Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia (Keppres No.448 Tahun 1961) yang diterimakan kepada Ketua Kwartir Nasional, Sri Sultan Hamengku Buwono IX sesaat sebelum pawai/defile dimulai.

Peristiwa perkenalan tanggal 14 Agustus 1961 ini kemudian dilakukan sebagai HARI PRAMUKA yang setiap tahun diperingati oleh seluruh jajaran dan anggota Gerakan Pramuka.

    

Struktur Organisasi Gerakan Pramuka

Struktur organisasi Gerakan Pramuka disusun mulai dari tingkat Nasional, Daerah, Cabang, Ranting, hingga ke Gugusdepan. Struktur organisasi tersebut terdiri atas Majelis Pembimbing (Mabi), Kwartir, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Kordinator Gugusdepan (Korgudep), Gugusdepan (Gudep) dan Satuan Karya Pramuka (Saka), dan Badan Kelengkapan Kwartir.

 

Bagan struktur organisasi Gerakan Pramuka adalah sebagai berikut :

 

struktur organisasi gerakan pramuka

Struktur organisasi Gerakan Pramuka

 

Penjelasan Struktur Organisasi Gerakan Pramuka

§  Majelis Pembimbing adalah badan yang bertugas memberikan bimbingan dan bantuan moril, organisatoris, material, dan finansial kepada kwartir, gugusdepan, dan satuan karya pramuka. Majelis Pembimbing dibentuk di tingkat Nasional, Daerah, Cabang, Ranting, Gugusdepan dan Saka. Majelis Pembimbing diketuai secara ex-officio: 

§  di tingkat nasional (Mabinas) oleh Presiden Republik Indonesia

§  di tingkat daerah (Mabida) oleh Gubernur

§  di tingkat cabang (Mabicab) oleh Bupati/Walikota

§  di tingkat ranting (Mabiran) oleh Camat

§  Sedangkan di tingkat gugusdepan (Mabigus) dipilih dari anggota Mabigus yang ada dan di tingkat Saka (Mabi Saka) dijabat oleh pejabat pada lembaga/instansi/ departemen terkait.

§  Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Gerakan Pramuka adalah badan independen yang dibentuk Musyawarah Gerakan Pramuka dan bertanggungjawab kepada Musyawarah Gerakan Pramuka.

§  Kwartir dan Koordinator Gudep merupakan perangkat dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan Gerakan Pramuka. Kwartir dibentuk di tingkat : 

§  Nasional, disebut Kwartir Nasional (Kwarnas), ditetapkan dalam Musyawarah Nasional (Munas) dengan masa bakti 5 tahun. 

§  Daerah, disebut Kwartir Daerah (Kwarda), ditetapkan dalam Musyawarah Daerah (Musda) dengan masa bakti 5 tahun.

§  Cabang, disebut Kwartir Cabang (Kwarcab), ditetapkan dalam Musyawarah Cabang (Mucab) dengan masa bakti 5 tahun.

§  Ranting, disebut Kwartir Ranting (Kwarran), ditetapkan dalam Musyawarah Ranting (Musran) dengan masa bakti 3 tahun.

§  Gugusdepan yang ada dalam satu wilayah kelurahan/desa dikoordinasikan oleh Koordinator Gudep (Korgudep), ditetapkan dalam Musyawarah Ranting (Musran) dengan masa bakti 3 tahun.

§  Gugusdepan (Gudep) adalah pangkalan pesertadidik yang merupakan wadah pendidikan dalam organisasi Gerakan Pramuka. Selengkapnya mengenai Gudep baca : Gugusdepan Gerakan Pramuka.

§  Satuan Karya Pramuka (Saka) merupakan wadah kegiatan kepramukaan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan peserta didik dalam wawasan tertentu serta melakukan kegiatan nyata sebagai pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan aspirasi pemuda Indonesia.

 

§  Badan Kelengkapan Kwartir merupakan badan-badan yang mempunyai tugas membantu kwartir. Badan Kelengkapan Kwartir meliputi:

§  Dewan Kehormatan

§  Lembaga Pendidikan Kader Gerakan Pramuka yang terdiri atas Lemdikanas (di tingkat Nasional), Lemdikada (di tingkat Daerah), dan Lemdikacab (di tingkat Cabang).

§  Dewan Kerja Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega atau disebut Dewan Kerja yang terdiri atas DKN atau Dewan Kerja Nasional (di tingkat Nasional), DKD atau Dewan Kerja Daerah (di tingkat Daerah), DKC atau Dewan Kerja Cabang (di tingkat Cabang), dan DKR atau Dewan Kerja Ranting (di tingkat Ranting).

§  Pimpinan Satuan Karya Pramuka (Saka)

§  Pembantu Andalan

§  Badan Usaha Kwartir

§  Satuan Kegiatan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat dan bersifat situasional.

§  Staf Kwartir.

§  Pramuka Utama Gerakan Pramuka adalah Kepala Negara Republik Indonesia (Presiden).

§  Musyawarah Kwartir merupakan lembaga di lingkungan Gerakan Pramuka yang bersidang pada akhir masa bakti kwartir atau gugusdepan serta memegang kekuasaan tertinggi dalam kwartir atau gugusdepan. Musyawarah ini terdiri atas :

§  Musyawarah Nasional yang diadakan sekali dalam waktu 5 (lima) tahun. Peserta Munas terdiri atas utusan/wakil Kwarnas, Mabinas, Kwarda, dan Mabida.

§  Musyawarah Daerah yang diadakan sekali dalam waktu 5 (lima) tahun. Peserta Musda terdiri atas utusan/wakil Kwarda, Mabida, Kwarcab, dan Mabicab.

§  Musyawarah Cabang yang diadakan sekali dalam waktu 5 (lima) tahun. Peserta Mucab terdiri atas utusan/wakil Kwarcab, Mabicab, Kwarran, dan Mabiran.

§  Musyawarah Ranting yang diadakan sekali dalam waktu 3 (lima) tahun. Peserta Musran terdiri atas utusan/wakil Kwarran, Mabiran, Korgudep, Mabi Desa, Gudep dan Mabigus.

§  Musyawarah Gugusdepan yang diadakan sekali dalam waktu 3 (lima) tahun. Peserta Mugus terdiri atas utusan/wakil gudep dan Mabigus.

 

 

§  Kiasan Dasar adalah ungkapan yang digunakan secara simbolik dalam penyelenggaraan pendidikan kepramukaan. Penggunaan Kiasan Dasar, sebagai salah satu unsur terpadu dalam pendidikan kepramukaan, dimaksudkan untuk mengembangkan imajinasi, sesuai dengan usia dan perkembangan, yang mendorong kreatifitas dan keikutsertaan peserta didik dalam setiap kegiatan pendidikan kepramukaan. Kegiatan pendidikan kepramukaan harus dikemas dalam Kiasan Dasar yang menarik, menantang, dan merangsang, disesuaikan dengan minat, kebutuhan, situasi dan kondisi anggota muda. Kiasan Dasar disusun dan dirancang untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan kepramukaan untuk setiap golongan serta merupakan salah satu unsur dalam Metode Kepramukaan yang pelaksanaannya harus tidak memberatkan anggota muda tetapi malah dapat memperkaya pengalaman.

§  Berikut Pelaksanaan Kiasan Dasar dalam Gerakan Pramuka, diantaranya :

§  1. SIAGA adalah masa menyiagakan masyarakat dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda dalam merintis kemerdekaan. Dan ditandai dengan Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908.

§  2. PENGGALANG adalah masa menggalang persatuan dan kesatuan pemuda, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

§  3. PENEGAK adalah masa menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan Proklamasi, 17 Agustus 1945.

§  4. PANDEGA adalah masa memadegani mengelola pem-bangunan dan mengisinya.

§  5. PEMBINA adalah membina Bangsa dan Negara.

§  6. ANDALAN adalah para pemimpin yang bisa diandalkan.

§  Kemudian di bawah ini, adalah kiasan pada masing-masing Golongan yang mengkiaskan tingkat-tingkat yang ada, yaitu :

§  1). Arti kiasan golongan Siaga (S) : Golongan Siaga merupakan wadah pembinaan bagi anak berusia 7 – 10 tahun, merupakan kiasan dari masa menyiagakan masyarakat dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda untuk merintis kemerdekaan yang ditandai dengan Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908. Siaga juga memiliki maksud bersegera untuk memulai dengan pembangunan yang membutuhkan bantuan kesadaran yang tinggi dan penataan yang baik. Oleh sebab itu, golongan ini memiliki tiga tingkatan yaitu : Siaga Mula, Siaga Bantu, dan Siaga Tata.

§  2). Arti kiasan Penggalang (G) : Golongan selanjutnya, yaitu Penggalang yang anggotanya anak berusia 11 – 15 tahun, diambil dari masa untuk menggalang persatuan dan kesatuan pemuda yang ditandai dengan Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Tingkatan yang ada pun sejalan dengan sejarah perjuangan bangsa untuk mencari ramuan atau bahan-bahan kemudian dirakit atau disusun dan akhirnya dapat diterapkan dalam pembangunan bangsa dan negara. Itulah sebabnya golongan ini memiliki tiga tingkatan, yaitu : Penggalang Ramu, Penggalang Rakit, dan Penggalang Terap.

§  3). Arti kiasan Penegak (T) : Seperti halnya Golongan Siaga dan Penggalang, kelanjutan dari dua golongan tersebut adalah golongan Penegak (beranggotakan remaja berusia 16 – 20 tahun) memiliki kiasan dalam menegakan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan Proklamasi, 17 Agustus 1945. Diperlukannya bantara-bantara atau kader pembangunan yang kuat, baik, terampil dan mermoral yang sanggup melaksanakan pembangunan menjadikan Golongan Penegak ini memiliki dua tingkatan yaitu: Penegak Bantara dan Penegak Laksana

§  4). Pendidikan Gerakan Kepanduan adalah pendidikan yang berkelanjutan, tidak bisa berhenti sampai titik tertentu, seperti halnya perjuangan Bangsa Indonesia yang terus-menerus. Bangsa Indonesia tidak pernah puas terhadap kemerdekaan yang telah diraih karena esensi dari kemerdekaan itu adalah awal dari perjuangan untuk membangun bangsa. Masa ini disebut masa memandegani atau mengelola pembangunan dan mengisinya yang selanjutnya dikiaskan dalam Golongan Pandega (D), (beranggotakan pemuda berusia 21 – 25 tahun

§  Oleh karena itu penggunaan Kiasan Dasar pada peserta didik hendaknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan jiwa peserta didik, berikut contoh kiasan dasar untuk :

§  a. Siaga : hal-hal yang fantastis

§  b. Penggalang : hal yang berlaku kepahlawanan, perjuangan

§  c. Penegak : hal yang berkaitan dengan kemasyarakatan

§  d. Pandega : Simulasi tentang jabatan kepemimpinan

§  Kegiatan yang dibungkus dengan kiasan dasar akan membangkitkan jiwa kejuangan dan cinta tanah air yang membekas di hati peserta didik. Dalam pelaksanaannya kiasan dasar terpadu dengan prinsip dasar, metode, kode kehormatan dan motto Gerakan Pramuka. Buah dari semua jenjang pendidikan Gerakan Pramuka ini diharapkan dapat melahirkan manusia Indonesia yang dapat membina bangsa dan negara serta dapat menjadi pemimpin yang bisa diandalkan. Kiasan dasar ini menjadi bukti bahwa Gerakan Pramuka yang lahir dan mengakar di bumi nusantara merupakan bagian terpadu dari gerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, Gerakan Pramuka mempunyai andil yang tidak ternilai dalam sejarah perjuangan bangsa. Jiwa kesatria yang patriotik telah mengantarkan para pandu ke medan juang bahu-membahu dengan para pemuda untuk mewujudkan adicita rakyat Indonesia dalam menegakkan dan memandegani Negara Kesatuan Republik Indonesia selama-lamanya

 

Administrasi pramuka.

Salah satu kelemahan kita di Kwartir dan Satuan Pramuka (Gudep/Saka) saat ini adalah tidak adanya atau tidak lengkapnya Administrasi Kwartir dan/atau Administrasi Gudep/Saka. Pada hal, sebagai suatu organisasi yang besar, Kwartir dan Gudep/Saka dituntut harus memiliki aqdministrasi, tata cara kerja yang tertib dan teratur, sebagai landasan dan pedoman untuk menentukan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian dalam menentukan tindakan-tindakan selanjutnya.

 

Dalam arti luas, yang dimaksud dengan Administrasi adalah keseluruhan (proses) yang membuat sumber-sumber personil dan materiil sesuai yang tersedia dan efektif bagi tercapainya tujuan bersama. Proses ini meliputi perencanaan, organisasi, koordinasi, pengawasan, penyelenggaraan dan pelayanan dari segala sesuatu mengenai urusan Gerakan Pramuka yang langsung berhubungan dengan pendidikan kepramukaan. Sedangkan secara terbatas (sempit), administrasi didefinisikan sebagai penyusunan dan pencatatan data dan informasi secara sistematis baik internal maupun eksternal dengan maksud menyediakan keterangan serta memudahkan untuk memperoleh kembali baik sebagian maupun menyeluruh. Pengertian administrasi secara sempit ini lebih dikenal dengan istilah tata usaha dalam kwartir Gerakan Pramuka (lihat Keputusan Kwarnas Nomor 162A Tahun 2011 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Sistem Administrasi Kwartir Gerakan Pramuka).

 

Administrasi yang berlaku dalam Gerakan Pramuka terdiri dari : Administrasi Kwartir dan Administrasi Satuan Pramuka. Administrasi Kwartir adalah semua perencanaan, kegiatan, dan tata cara tulis menulis dalam lingkungan kwartir Gerakan Pramuka yang dilakukan secara teratur dan terarah untuk mencapai suatu tujuan dan tugas pokok kwartir Gerakan Pramuka. Sedangkan untuk Gugus Depan dan Satuan Karya Pramuka di lingkungan Gerakan Pramuka merupakan pusat gerak dan wadah pembinaan Pramuka, oleh karena itu dukungan administrasi atau tata usaha perlu dilaksanakan secara tertata dan tertib namun sederhana, yang diatur dalam Keputusan Kwarnas Nomor 041 Tahun 1995 tentang Petunjuk Pelaksanaan Administrasi Satuan. Bahkan Administrasi Gudep harus diakreditasi sebagaimana diatur dalam Keputusan Kwarnas Nomor 203 Tahun 2011 tentang Pedoman Akreditasi Gugus Depan Pramuka.

Pramuka adalah sebuah organisasi yang mewadahi kegiatan peserta di bawah kepemimpinan mereka sendiri. Kegiatan kepramukaan ini sangat membantu para peserta didik mengembangkan fungsi kewarganegaraan mereka.

Hal ini bisa terwujud karena di dalam kegiatan kepramukaan akan terbentuk sikap-sikap positif, sepeti kedisiplinan, kerja sama, kreativitas, hingga sikap-sikap positif lainnya.

Untuk lebih lengkapnya, berikut akan dibahas 10 peran kepramukaan yang sangat penting untuk pendidikan karakter bangsa. Simak terus, ya!

1.    Sebagai wadah pendidikan karakter anak muda

Kepramukaan adalah sebuah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga. Sementara itu, gerakan pramuka adalah lembaga pendidikan yang sifatnya melengkapi dan memenuhi pendidikan untuk anak, remaja, dan pemuda di rumah dan di sekolah, dimana fungsi pendidikan ini belum dimiliki oleh lembaga pendidikan lainnya.

Kegiatan kepramukaan ini dilakukan dan dipimpin oleh para anggota pramuka itu sendiri. Kegiatan ini diisi oleh kegiatan-kegiatan yang positif, inovatif dan produktif sehingga bisa menjadi wadah pendidikan karakter mereka sendiri.

2.             Membentuk kepribadian yang mudah beradaptasi

Sesuai dengan lambang gerakan pramuka, yaitu nyiur atau kelapa, yang merupakan tumbuhan yang bisa tumbuh dimana saja, pramuka dapat membantu peserta didik untuk mudah beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan sekelilingnya.

Hal ini berarti kepramukaan sangat berperan dalam mencetak generasi muda yang mampu hidup berdampingan dengan lingkungan di sekitarnya, termasuk lingkup dunia. Tentu karakter seperti ini akan sangat baik untuk dimiliki agar Indonesia bisa menjadi bangsa yang percaya diri di tengah negara-negara besar di dunia.

3.             Menciptakan karakter penuh tanggung jawab

Kepramukaan juga mengajarkan peserta didiknya untuk menjadi sosok yang bertanggung awab dan dapat dipercaya. Dewasa ini kita sering melihat begitu rendahnya rasa tanggung jawab generasi mudah, yang tampak dari kebiasaan mereka untuk tidak berpikir panjang, tidak berani berpendapat, bahkan berani berbohong untuk menghindar dari hukuman. Tentu sikap-sikap ini sangat buruk bagi perkembangan karakter bangsa kita.

Dengan pramuka, peserta didik akan diajarkan ketegasan dan keberanian untuk bertanggung jawab, serta dapat dipercaya dan diandalkan.

4.             Meningkatkan ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Esa

Salah satu dasar atau acuan dari gerakan pramuka adalah untuk meningkatkan ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini tertuang dalam Bab II Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, Pasal 4 Tahun 2009, yang berbunyi “Gerakan Pramuka mendidik dan membina kaum muda Indonesia guna mengembangkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga menjadi manusia yang berwatak, berkepribadian dan berbudi luhur, …”.

Oleh karena itu, melihat acuan dari gerakan kepramukaan tersebut, kita dapat mengetahui bahwa salah satu peran kepramukaan dalam pendidikan karakter adalah menanamkan rasa takwa dalam diri peserta didik yang akan tampak dari kepribadian dan akhlak mereka sebagai generasi penerus bangsa. 

5.             Membentuk watak dan akhlak yang mulia

Masih berkaitan dengan poin sebelumnya, dalam Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka disebutkan bahwa semua kegiatan Gerakan Pramuka diarahkan untuk membina watak, kepribadian dan akhlak mulia para anggotanya. Semua hal tersebut dibentuk melalui kegiatan pengamalan moral Pancasila, pemahaman sejarah perjuangan bangsa, kesadaran berbangsa dan bernegara, dan lain sebagainya.

6.             Menumbuhkan rasa percaya diri dan kebangsaan

Dengan kegiatan kepramukaan juga akan membantu menumbuhkan rasa percaya diri dan kebangsaan dalam diri para generasi muda. Mereka tidak gentar berada di tengah-tengah kemajuan peradaban dan percaya diri membawa identitas diri sebagai bangsa Indonesia.

Dengan kepercayaan diri ini, para generasi muda akan lebih berani berkarya dan maju menunjukkan dirinya kepada dunia. Hal ini tentu akan membuat Indonesia bisa lebih disegani di kancah internasional.

7.             Meningkatkan keterampilan bekerja sama

Kegiatan-kegiatan dalam kepramukaan didominasi oleh kerja sama kelompok alih-alih bekerja sendiri-sendiri. Hal ini tentu akan bermanfaat untuk mengasah dan meningkatkan keterampilan dalam bekerja sama.

Bagaimanapun, kemampuan bekerja sama dengan orang lain merupakan keterampilan yang sangat penting untuk kehidupan dalam jangka panjang. Hal ini sejalan dengan fitrah manusia yang diciptakan sebagai makhluk sosial dan juga slogan bangsa Indonesia ‘Bersatu kita teguh, Bercerai kita runtuh’.

8.             Meningkatkan rasa empati

Ketika para peserta didik telah terbiasa untuk bekerja sama, maka akan tumbuh pula rasa empati di diri mereka. Dengan rasa empati ini, mereka akan lebih bisa menempatkan diri di posisi yang tepat saat berhadapan dengan siapapun, serta menentukan sikap yang sesuai dengan situasi dan kondisi.

Rasa empati yang terasah dengan baik juga akan menjauhkan peserta didik dari rasa egois dan rasa benar sendiri yang membantu mereka untuk terus berkembang di tengah-tengah lingkungan mereka.

9.             Menanamkan nilai-nilai kejujuran

Dalam pramuka, terdapat Dasa Dharma Pramuka, yaitu 10 sikap yang harus dimiliki oleh para anggota pramuka. Artinya, Dasa Dharma Pramuka ini akan menjadi nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi oleh para anggota pramuka. Beberapa poin di dalam Dasa Dharma Pramuka adalah dapat dipercaya, suci dalam pikiran, suci dalam perkataan dan suci dalam perbuatan.

Artinya, peran kepramukaan dalam pendidikan karakter bangsa adalah menanamkan nilai-nilai kejujuran pada para anggotanya sehingga bisa mencetak generasi penerus bangsa yang jujur dan jauh dari perbuatan-perbuatan tercela.

10.         Mengisi kemerdekaan dengan kegiatan bermanfaat

Akhir-akhir ini kita mungkin sedikit dibbuat khawatir dengan perkembangan generasi muda yang semakin acuh tak acuh dengan kemajuan negara dan justru mengisi kemerdekaan ini dengan kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat.

Bahkan, banyak generasi muda yang terbawa arus globalisasi yang condong dengan budaya barat akibat ketidaksiapan mental dan rohani mereka menghadapi pengaruh-pengaruh gaya hidup yang kurang baik.

Falsafah

 

  1. Dasadarma adalah ketentuan moral. Karena itu, Dasadarma memuat pokok-pokok moral yang harus ditanamkan kepada anggota Pramuka agar mereka dapat berkembang menjadi manusia berwatak, warga Negara Republik Indonesia yang setia, dan sekaligus mampu menghargai dan mencintai sesama manusia dan alam ciptaan Tuhan Yang Mahaesa.
  • Republlik Indonesia adalah Negara hukum yang berdasarkan falsafah Pancasila, Karena itu, rumusan Dasadarma Pramuka berisi penjabaran dari Pancasila dalam kehidupannya sehari-hari.
  • Dasadarma yang berarti sepuluh tuntunan tingkah laku adalah sarana untuk melaksanakan satya (janji, ikar, ungkapan kata haaati). Dengan demikian, maka Dasadarma Pramuka pertama-tama adalah ketentuan pengamalan dari Trisatya dan kemudian dilengkapi dengan nilai-nilai luhur yang bermanfaat dalam tata kehidupan.

1. Darma pertama: Takwa kepada Tuhan Yang Mahaesa

Pengertian takwa adalah bermacam-macam, antara lain: bertahan, luhur, berbakti,  mengerjakan yang utama dan meninggalakan yang tercela, hati-hati, terpelihara, dan lain-lain.

Tuhan adalah zat yang ada secara mutlak yang ada dengan. Zat yang menjadi sumber atau sebab adanya segala sesuatu di dalam alam semesta (couse prima atau sebab pertama).

Satu atau esa pada Tuhan adalah mutlak. Satu/tunggal yang tidak dapat dibagi-bagi dan dibandingkan.

2. Darma kedua: Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia

Yang dimaksud dengan cinta dan kasih saying apabila manusia dapat ikut merasakan suka dan derita alam sekitarnya khususnya manusia. Khususnya sebagai seorang Pramuka menganggap Pramuka lainnya baik dan Indonesia maupun dari bangsa lain sebagai saudaranya kaarena masing-masing mempunyai satya dan darma sebagai ketntuan moral.

3.  Darma Ketiga : Patriot yang sopan dan ksatria

Patriot berarti putra tanah air, sebagai seorang warga Negara Reoublik Indonesia, seorang Pramuka adalah putra yang baik, berbakti, setia dan siap siaga membela tanah airnya. Sopan adalah tingkah laku yang halus dan menghormati orang lain. Ksatria adalah orang yang gagah berani dan jujur. Ksatria juga mengandung arti kepahlawanan, sifat gagah berani dan jujur.

4.  Darma keempaat: Patuh dan suka bermusyawarah.

Patuh berarti setia dan bersedia melakukan sesuaaatu yang sudah disepakati dan ditentukan.

Musyawarah adalah laku utama seorang democrat yang menghormati pendapat orang lain. Orang yang suka bermusyawarah terhindar dari sikap yang otoriter dan semau sendiri.

5.  Darma kelima: Rela menolong dan tabah  

Rela atau ikhlas adalah perbuatan yang dilakukan tanpa memperhitungkan untung dan rugi (tanpa pamrih). Rela menolong berarti melakukan perbuatan baik untuk kepentingan orang lain yang kurang mampu. Tabah atau ulet adalah suatu sikap jiwa tahan uji. Meskipun seseorang mengetahui bahwa menjalankan tugasnya akan menghadapi kesulitan, tetapi ia tidak mundur dan tidak ragu.

6.  Darma keenam : Rajin, terampil, dan gembira

1    Rajin

Manusia dibedakan dengan makhluk hidup yang lain kaarena ia diciptakan mempunyai akal budi. Dengan demikian harus mengmbangkan diri dengan membaca, menulis, dan belajar, Dengan perkataan lain, ia menjalani proses kodrati dalam mendidik diri.

2.      Terampil

Setiap manusia haarus beeerupaya untuk dapat berdiri di atas kaki sendiri. Untuk hal itu, yang menjadi syarat utama adalah keahlian dan keterampilan serta dapat mengerjakan suatu tugas dengan cepat dan tepat dengan hasil yang baik.

3.      Gembira

Banyak kesulitan, rintangan, dan hambatan yang dihadapi. Dan tantangan ini akan diatasi dengan dorongan motivasi yang kuat. Suatu upaya untuk mendapat motivasi ini adalah manusia harus dapat berfikir cerah, berjiwa tenang, dan seimbang.

7. Darma ketujuh: Hermat, cermat, dan bersahaja

Hemat bukan beraaati “kikir” tetapi lebih terarah kepada dapatnya seorang Pramuka melakukan dan mengunakan suatu secara tepat menurut kegunaannya

Cermat lebih berarti “ teliti” sikap lakku seorang Pramuka harus senantiasa teliti baik terhadap dirinya sendiri (introspeksi) maupun yang datangnya dari laur dirinya sehingga ia senantiasa waspada.

Hal ini lebih berarti, sederhana kesederhanaan yang wajar dan tidak berlebih-lebihan sehingga dapat memberi kemungkinan penggambaran jiwa untuk (penampilan diri) dan menimbulkan kemampuan untuk hidup dengan apa yang didapat secaara halal tanpa merugikan diri sendiri dan ornag lain.

8. Darma kedelapan: Disiplin,  berani dan  Setia

Disiplin dalam pengertian yang luas berarti paaaaaatuh dan mengikuti pemimpin dan atau ketentuan dan peraturan. Berani adalah suatu sikap mental untuk bersedia menghadapi dan mengatasi suatu masalah dan tantangan. Setia berarti tetap pada suatu pendirian dan ketentuan.

9.  Darma kesembilan: Bertanggungjawab dan dapat dipercaya    

Pramuka itu bertanggungjawab atas segala sesuatu yang diperbuat baik atas perinnntah maupun tidak, terutama secara pribadi bertanggungjawab terhadap Negara, bangsa, masyarakat dan keluarga

Yang dimaksud dengan dapat dipercaya ialah: Pramuka itu dapat dipercaya, baik perkataannya maupun perbuatannya.

10. Darma kesepuluh : Suci dalam pikiran Perkataan dan perbuatan

Suci dalam pikiran berarti  bahwa Pramuka tersebut selalu melihat dan memikirkan sesuatu itu pada segi baiknya atau ada hikmahnya dan tidak terlintas sama sekali pemikiran ke arah yang tidak baik. Suci dalam perkataan setiap apa yang telah dikatakan itu benar, jujur seerta dapat dipercaya dengan tidak menyinggung perasaan oeng lain.  Suci dalam peerbuatan sebagai akibat dari pikiran dan perkataan yang suci, maka Pramuka itu harus sanggup dan mampu berbuat yang baik dan terus konsisten dalam hal tersebut.

 

Bagian Atas Formulir

Bagian Bawah Formulir

 

KEPRAMUKAAN 🇵🇱

 Prinsip Dasar & Metode Kepramukaan Prinsip Dasar Kepramukaan Merupakan norma hidup bagi Pramuka, memuat prinsip dasa...